Jakarta, tiradar.id – Dalam kehidupan ini, manusia sering kali menganggap bahwa kenikmatan hanya sebatas makanan, minuman, serta kesehatan jasmani. Namun, Imam Ibnul Qayyim رَحِمَهُ اللهُ mengingatkan kita bahwa seseorang yang hanya melihat nikmat dalam aspek tersebut sesungguhnya tidak memiliki akal yang cemerlang. Nikmat terbesar yang sejatinya harus disyukuri adalah Islam, iman, serta petunjuk Allah yang mengarahkan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Hanya dengan akal yang bercahaya dan hidayah taufik, seseorang bisa menyadari dan merasakan kelezatan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.
Kenikmatan yang Sesungguhnya
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa orang-orang dalam menghadapi kebenaran (al-haq) terbagi menjadi tiga kelompok:
- Orang yang tidak mengetahui kebenaran adalah orang yang sesat.
- Orang yang mengetahui kebenaran tetapi lebih memilih selainnya adalah orang yang dimurkai.
- Orang yang mengetahui kebenaran dan mengikutinya adalah orang yang diberi kenikmatan sejati.
Dari penjelasan ini, kita bisa memahami bahwa kenikmatan sejati bukan hanya bersifat materi, melainkan terletak pada kemampuan seseorang dalam mengenali dan mengikuti kebenaran yang telah ditetapkan oleh Allah.
Keresahan dalam Kemaksiatan
Imam Ibnul Qayyim juga mengingatkan bahwa sekalipun seorang ahli maksiat tampak bersenang-senang dengan berbagai kenikmatan dunia, dalam hatinya tetap ada keresahan, kerendahan, dan kesedihan yang memutus kebahagiaan sejati. Hal ini menunjukkan bahwa kesenangan duniawi yang diperoleh melalui maksiat hanyalah semu dan tidak membawa kebahagiaan yang hakiki.
Dari nasihat-nasihat Imam Ibnul Qayyim, kita diajak untuk merefleksikan kembali arti kenikmatan dalam kehidupan. Islam dan iman adalah nikmat terbesar yang harus kita syukuri. Mengikuti kebenaran dan menjauhi maksiat adalah kunci untuk memperoleh ketenangan hati dan kebahagiaan sejati. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa berusaha mendapatkan hidayah Allah dan menjadikan ketaatan sebagai sumber kebahagiaan dalam hidup kita.