Subang, tiradar.id – Pengusaha dodol nanas asal Subang, Ade Fatas, angkat bicara terkait semakin minimnya pasokan nanas di wilayah Subang Selatan. Kondisi ini dinilai mengancam kelangsungan industri olahan nanas yang menjadi salah satu ikon kuliner khas daerah tersebut.
Menurut Ade, penyusutan lahan kebun nanas menjadi salah satu penyebab utama menurunnya ketersediaan buah nanas. “Lahan kebun nanas sekarang semakin menyempit akibat lahan dan kebun dijadikan lahan pertambangan batu,” ujarnya, Selasa (28/5).
Tak hanya itu, maraknya pengambilan nanas muda oleh petani untuk memenuhi permintaan luar daerah juga memperburuk keadaan. “Masalah lain timbul akibat nanas muda banyak dipetik oleh para petani untuk memenuhi pesanan yang dikirim ke luar Subang. Jumlahnya mencapai puluhan ton setiap hari. Sehingga untuk mempertahankan nanas yang akan diolah menjadi dodol, ketersediaannya sangat sedikit,” tambahnya.
Sebagai pelaku usaha yang telah bergelut di dunia olahan nanas selama lebih dari dua dekade, Ade Fatas telah mengembangkan berbagai produk turunan berbahan dasar nanas. Selain dodol, ia juga memproduksi nanas goreng, keripik nanas, kue cemilan nanas, hingga olahan inovatif lainnya yang digarap bersama kelompok pengrajin lokal.
Berbasis di Desa Kumpay, Ade berhasil membina sejumlah kelompok pengrajin di sekitar Desa Tambak Mekar. Produk olahan mereka bahkan telah menembus pasar luar Jawa Barat hingga luar negeri, dengan citarasa khas yang telah menarik banyak pelanggan tetap, termasuk dari kalangan Pemerintah Daerah Subang.
Guna menjaga kelestarian komoditas unggulan daerah, Ade berharap ada kebijakan strategis dalam pemanfaatan lahan, termasuk kerja sama dengan PTPN yang tengah melakukan peremajaan tanaman teh. “Saya berharap lahan PTP yang sekarang akan diremajakan dalam komoditi tanaman teh, bisa memberikan sedikit lahan tumpang sari untuk ditanami nanas,” harapnya.
Tak lupa, ia juga meminta perhatian lebih dari pihak terkait terhadap pelaku UMKM seperti dirinya. “Saya berharap para pengusaha UMKM ini mendapat perhatian dan dorongan agar keberadaannya bisa terus berjalan. Karena ini juga menyangkut pemberdayaan ekonomi masyarakat,” pungkas Ade Fatas. (uq)