Jakarta, tiradar.id – Ekonom dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Telisa Aulia Falianty, mengusulkan agar Apple mempertimbangkan untuk membangun fasilitas produksinya di Indonesia. Menurutnya, langkah ini tidak hanya dapat meningkatkan serapan tenaga kerja, tetapi juga membuka peluang besar bagi pertukaran teknologi yang dapat memperkuat ekosistem industri digital di Tanah Air.
Pada kesempatan di Jakarta, Senin (6/1/2025), Telisa menyatakan bahwa pembukaan lapangan kerja dapat dimulai melalui aktivitas perakitan perangkat keras (hardware) terlebih dahulu. Setelah itu, Indonesia bisa melangkah ke fase yang lebih tinggi, seperti pengembangan perangkat lunak (software), dan akhirnya, mencapai tahap pembuatan produk digital berteknologi tinggi. Untuk fase pertama, Telisa berpendapat bahwa investasi yang lebih besar dari 1 miliar dolar AS sangat diperlukan, bahkan bisa tiga kali lipatnya, guna mendukung percepatan proses tersebut.
Telisa juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, kementerian terkait, dan lembaga-lembaga untuk menciptakan kebijakan yang mendukung tingginya tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam produk-produk Apple. Sebagai contoh, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah merencanakan untuk menaikkan nilai minimum TKDN ponsel dari 35 persen menjadi 40 persen, sebuah langkah yang menurut Telisa realistis dan bermanfaat bagi sektor manufaktur Indonesia, terutama dalam menghadapi era proteksionisme yang sedang berkembang.
“Strategi peningkatan nilai TKDN ini dapat membuka lebih banyak lapangan kerja. Ini juga dapat lebih diterima di tengah kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh Presiden AS terpilih, Donald Trump,” ujar Telisa. Kebijakan ini, menurutnya, tidak hanya relevan untuk sektor telekomunikasi, tetapi juga untuk sektor teknologi secara umum, termasuk produk-produk Apple yang terkenal dengan perangkat keras dan lunak canggih.
Senada dengan Telisa, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga mendorong Apple untuk memilih skema investasi berupa pembangunan fasilitas produksi di Indonesia. Sebelumnya, Apple lebih memilih untuk membuka Apple Academy di Indonesia, sebagai bagian dari skema investasi inovasi. Namun, Menperin mengungkapkan bahwa opsi pembangunan pabrik lebih diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, serta memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian Indonesia.
Menurut Kemenperin, meskipun investasi sebesar 1 miliar dolar AS yang disarankan Apple masih dianggap kecil, hal ini tetap perlu ditinjau dalam empat aspek penting, yaitu komitmen Apple terhadap Indonesia, investasi dari produsen perangkat lain, kontribusi nilai tambah bagi ekonomi Indonesia, dan yang tak kalah penting, penyerapan tenaga kerja dalam ekosistem industri.
Dengan adanya sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan perusahaan besar seperti Apple, diharapkan Indonesia dapat menjadi hub manufaktur dan inovasi teknologi yang lebih maju di kawasan Asia, serta memperkuat daya saing global.