Belajar Meredam Konflik Etnis dari Pengalaman Kota Bogor

Ketua FPK Subang, Ating Rusnatim (kanan) bertukar cindera mata dengan Ketua FPK Kota Bogor, Agus Rustandi. (Endang Kenken)

Bogor, tiradar.id– Rombongan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Subang bertamu ke Kota Bogor pada Jumat – Sabtu (07-08/11/2025). Kota Bogor merupakan salah satu daerah yang penduduknya heterogen.

Berbagai suku bangsa tinggal di Kota Hujan, sehingga daerah ini memiliki potensi konflik yang besar sosial. Namun, FPK Kota Bogor bersama Pemerintah Kota Bogor aktif melakukan upaya meredam setiap bibit friksi sosial itu.

Itulah sebabnya, Kota Bogor dipilih menjadi mitra diskusi dalam kunjungan kerja FPK Kabupaten Subang. Rombongan kunjungan kerja dipimpin Ketua FPK Subang, H. Ating Rusnatim, S.E., diikuti para pengurus FPK dan pimpinan organisasi² kesukuan di Subang.

Rombongan dari Subang diterima langsung oleh Ketua FPK Kota Bogor, Agus Rustandi, dan juga pengurus organisasi kesukuan di sekretariat FPK Kota Bogor.

Ketua FPK Subang, Ating Rusnatim, mengatakan bahwa Kota Bogor sudah lama menjadi daerah tujuan investasi dan karena itu berbagai suku datang ke kota di Kaki Gunung Salak ini.

“Kini Subang juga sudah mengikuti kota Bogor sebagai daerah tujuan investasi. Berbagai proyek strategi nasioal atau PSN berada di Subang, sehingga Subang sudah dipenuhi para pendatang,” kata Ating.

Mantan Plt Bupati dan juga mantan Ketua DPRD Subang itu mengungkapkan, di Subang kini ada lima kawasan industri yang menarik investasi dan karena itu menarik para pencari kerja dan pelaku usaha dari berbagai daerah.

“Saat ini penduduk Subang sudah mencapai 2 juta orang naik dari yang semula hanya 1,6 juta. Beberapa tahun ke depan, ketika kawasan industri sudah beroperasi, penduduk Subang diprediksi akan menjadi 3 juta orang,” papar Ating.

Menurut Ating, Bogor sudah lebih dulu menarik para pendatang dari berbagai daerah. Pengalaman Bogor sudah lebih matang, mengelola potensi konflik. “Mudah-mudahan dari diskusi ini kami dapat ilmu mengantisipasi potensi konflik. Di Bogor pasti banyak tantangan pembauran kebangsaan. Kami ingin tahu bagaimana cara-cara yang dilakukan untuk menjaga kondusivitas pembauran,” papar Ating.

Sekretaris Badan Kesbangpol Kabupaten Subang, Yuli Merdekawati, yang menyertai rombongan FPK Subang berharap antara FPK Subang dan FPK Bogor bisa saling bekerjasama mencari pola-pola yang bisa dibangun untuk menjaga keharmonisan pembauran masyarakat.

“Supaya kehidupan keberagaman bisa lebih dikondusifkan. Apalagi di era informasi yang makin terbuka yang berakibat makin besarnya potensi konflik,” ujar Yuli.

Kepala Bidang Ideologi Badan Kesbangpol Kota Bogor, Ronny Kunaefi, SH, yang turut menerima rombongan dari Subang mengatakan bahwa    Kota Bogor sebenarnya tidak luas. Kota ini hanya punya 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

“Namun, tantangannya sangat besar karena di kota ini menjadi lokasi kediaman dan istana presiden. Bahkan kadang kepala negara asing yang berkunjung ke Indonesia diterima Presiden di Istana Bogor,” katanya.

Ketua KFPK Kota Bogor, Agus Rustandi, menambahkan bahwa dalam kaitan itu FPK Kota Bogor harus ikut menjamin kondusivitas sosial dengan menjaga keharmonisan penduduk Kota Bogor. “Kota Bogor harus terlihat baik, aman dan tertib,” ia menambahkan.

Menurut Agus, beberapa kasus konflik kesukuan pernah mencuat di Kota Bogor bahkan menimbulkan korban jiwa. “Berkat upaya kita di FPK, konflik itu bisa diredam sehingga tidak melebar,” kata Agus.

Banyak pembicaraan seputar konflik kesukuan yang disampaikan dalam diskusi yang berlangsung hangat itu. Di ujung obrolan, pimpinan FPK Subang mengundang FPK Kota Bogor untuk berkunjung ke Subang, yang disambut baik FPK Bogor. ***

 

Penulis: Endang Kenken