Jakarta, tiradar.id — Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU), Nasyirul Falah Amru atau yang akrab disapa Gus Falah, mendesak pendiri sekaligus pemilik CT Corp, Chairul Tanjung, untuk datang ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan menemui Ketua Umum Kiai Haji Yahya Cholil Staquf guna menyampaikan permintaan maaf secara langsung atas dugaan penistaan pesantren dalam tayangan Trans7.
Menurut Gus Falah, tayangan program Xpose Uncensored di stasiun televisi tersebut telah menistakan para kiai serta mencoreng martabat pesantren. “Tayangan Trans7 itu jelas-jelas menistakan kiai dan muruah pesantren. Sudah seharusnya Pak Chairul Tanjung meminta maaf kepada ulama dan umat dengan sowan ke Kiai Yahya selaku Ketum PBNU,” ujar Gus Falah dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (16/10).
Politikus yang juga menjabat sebagai pengurus PBNU dan anggota Komisi III DPR RI itu menilai, penayangan yang menyinggung Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, menunjukkan bahwa lini bisnis media di bawah CT Corp kurang memahami sejarah dan budaya pesantren. Ia menyesalkan bahwa sebuah media besar milik tokoh sekelas Chairul Tanjung bisa menyiarkan konten yang tidak sensitif terhadap nilai-nilai keislaman.
“Sebagai panglima tertinggi dalam konglomerasi itu, tentu Pak Chairul Tanjung harus bertanggung jawab atas penistaan pesantren dan kiai yang dilakukan salah satu medianya,” tegasnya.
Gus Falah juga mengingatkan agar kasus ini menjadi pelajaran bagi seluruh pihak, terutama kalangan media, untuk lebih berhati-hati dalam memproduksi konten yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan. “Sikap hormat dan adab harus dijaga kepada para ulama. Jangan sembarangan membuat konten jika tidak memahami substansinya,” tambahnya.
Sebelumnya, tayangan Xpose Uncensored di Trans7 menuai kontroversi setelah menayangkan cuplikan video para santri dan jamaah yang menyalami kiai dengan narasi yang dinilai menghina. Dalam tayangan itu disebutkan bahwa “santri rela ngesot demi menyalami dan memberikan amplop kepada kiai,” disertai komentar bahwa seharusnya kiai yang kaya memberi amplop kepada santri.
Konten tersebut memicu gelombang kritik dari masyarakat dan netizen, bahkan menyerukan boikot terhadap Trans7. Sejumlah pihak, termasuk kalangan politik dan organisasi keagamaan, juga mendukung langkah PBNU untuk menempuh jalur hukum terkait dugaan penghinaan terhadap pesantren.
Chairul Tanjung sendiri diketahui merupakan pemilik CT Corp, sebuah konglomerasi besar yang menaungi berbagai sektor bisnis, termasuk media melalui Trans Media, yang mengelola stasiun televisi Trans7 dan Trans TV.
