Ragam  

PP Muhammadiyah: Idul Fitri sebagai Momentum Introspeksi bagi Masyarakat dan Pemimpin Bangsa

Tangkapan layar - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan refleksi Idul Fitri secara daring di Jakarta pada Senin (31/3/2025). (ANTARA/Hana Kinarina)

Jakarta, tiradar.id – Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi umat Islam setelah menjalani ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadan. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengingatkan bahwa momen ini harus menjadi ajang introspeksi bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk para elite dan tokoh negara, dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Dalam pernyataannya yang disampaikan melalui kanal YouTube Muhammadiyah, Haedar menekankan bahwa perayaan Idul Fitri membangkitkan energi rohani yang berpusat pada hati yang jernih sebagai hasil dari latihan spiritual selama Ramadan. Puasa yang dijalankan selama satu bulan penuh membentuk insan yang bertakwa dan melahirkan jiwa yang baru, sehingga setiap Muslim dapat menjadi pribadi yang beragama dengan hanif.

Muslim yang beragama dengan hanif akan memiliki kesadaran untuk menjalankan peran sebagai Khalifatullah fil ardh, yakni manusia sebagai khalifah di muka bumi yang bertugas untuk memakmurkan bumi, mensejahterakan sesama, dan menciptakan kehidupan yang baik. Kesadaran ini, menurut Haedar, harus dimiliki oleh setiap Muslim, baik sebagai warga biasa maupun sebagai elite dan pemimpin bangsa.

Sebagai pemimpin dan tokoh umat, seseorang harus memiliki jiwa kekhalifahan di muka bumi serta mencerminkan akhlak mulia sebagai pantulan dari kesalehan. Haedar menegaskan bahwa para pemimpin bangsa dan umat harus selalu berbuat yang benar, baik, dan pantas dalam segala aspek kehidupan. Mereka juga harus menjauhi segala bentuk perbuatan yang tidak terpuji, seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, perusakan sumber daya alam, serta konflik yang merugikan masyarakat.

Lebih lanjut, Haedar menyoroti bahwa berbagai permasalahan dalam kehidupan bermula dari hawa nafsu yang tidak dikendalikan oleh agama yang hanif. Oleh karena itu, dengan kesalehan dan jiwa kekhalifahan, setiap Muslim, terutama mereka yang memiliki tanggung jawab besar, harus senantiasa membawa kemaslahatan dan menghindari kemudaratan bagi masyarakat.

Momentum Idul Fitri seharusnya menjadi pengingat bahwa keberhasilan spiritual yang dicapai selama Ramadan harus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga kesempatan untuk memperbaiki diri dan menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi sesama. Dengan demikian, Idul Fitri tidak hanya menjadi momen kemenangan pribadi, tetapi juga kemenangan bersama dalam membangun kehidupan yang lebih harmonis, adil, dan sejahtera.