Subang, tiradar.id – Menurunnya daya beli masyarakat menjadi pukulan berat bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Subang. Pendapatan yang semakin minim membuat pelaku usaha semakin bergantung pada dukungan pemerintah, khususnya dalam hal permodalan.
Salah satu pelaku UMKM Subang, Ato Wikarta, mengungkapkan bahwa menurunnya transaksi penjualan berdampak langsung terhadap kelangsungan usaha kecil yang sangat bergantung pada modal operasional. “Daya beli menurun, sementara modal harus tetap ada,” ujarnya saat diwawancarai oleh Purwasuka Viva, Selasa (27/5/2025).
Pria berusia 55 tahun tersebut berharap agar Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat memberikan perhatian lebih terhadap nasib UMKM, termasuk dengan menyediakan bantuan khusus. Ato bahkan secara langsung meminta Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk membuka ruang yang lebih luas bagi pelaku UMKM dalam meningkatkan aktivitas komersial. “Jika ada Bantuan Subsidi Upah (BSU) untuk para pekerja, kami juga ingin ada bantuan modal. Tolong dong perhatiannya, Pak Dedi,” pintanya.
Senada dengan Ato, Fajar (44), pelaku UMKM lainnya yang berjualan ayam goreng, turut menyuarakan keprihatinan yang sama. Ia menilai bahwa turunnya daya beli masyarakat turut dipicu oleh kebijakan efisiensi yang dilakukan pemerintah. “Pak Gubernur, bantu kami dong. Modal makin menipis, daya beli masyarakat makin menurun,” ungkapnya.
Di sisi lain, Pakar Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof. Dr. Anton Agus Setyawan, menjelaskan bahwa penurunan daya beli masyarakat memberikan efek domino pada sektor ekonomi nasional, khususnya sektor manufaktur dan perdagangan. Ia mencatat bahwa konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi mulai mengalami penurunan signifikan.
“Pada awal 2025, hampir 14.000 pekerja formal kehilangan pekerjaan akibat penurunan di sektor manufaktur. Hal ini mempengaruhi pendapatan rumah tangga dan akhirnya menurunnya daya beli masyarakat,” terang Anton.
Menurutnya, efek penurunan konsumsi masyarakat tidak hanya dirasakan di sektor industri besar, tetapi juga menjalar ke usaha kecil dan menengah yang mengandalkan perputaran uang dari masyarakat secara langsung.
Para pelaku UMKM Subang berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk memberikan suntikan modal demi menjaga keberlangsungan usaha mereka di tengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.