Ragam  

Guru Besar UI: Demam Berdarah, Penyakit Virulen yang Memerlukan Respons Cepat

Jakarta, tiradar.id – Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Budi Haryanto, menyampaikan bahwa demam berdarah merupakan penyakit yang virulen, sangat toksik, dan berbahaya. Menurutnya, karakteristik penyakit ini memungkinkan untuk menembus imunitas tubuh.

“Demam berdarah adalah penyakit yang virulen, atau sangat toksik dan berbahaya, sehingga penyakit tersebut dapat menembus imunitas tubuh,” ungkap Budi Haryanto seperti yang dimuat di laman ANTARANews.com, dikutip Jum’at (24/11/2023) .

Budi menjelaskan bahwa nyamuk Aedes aegypti, pembawa demam berdarah, biasanya menggigit pada pagi dan sore hari dan memiliki masa hidup sekitar 45 hari. Nyamuk betina dapat menggigit manusia tiga hari sekali, memberinya kesempatan maksimal 15 kali untuk menularkan virus jika telah terinfeksi dari penderita sebelumnya.

Untuk mencegah demam berdarah, Budi mengusulkan beberapa langkah preventif. Salah satunya adalah memutus mata rantai penyebaran melalui fogging atau pengasapan. Masyarakat juga diimbau menggunakan repelan atau obat anti gigitan serangga dan memasang kelambu di tempat tidur sebagai upaya pencegahan gigitan nyamuk.

Selain itu, Budi menekankan pentingnya respons cepat dari pihak rumah sakit dan masyarakat setelah seseorang dinyatakan positif demam berdarah. Rumah sakit diwajibkan menghubungi pusat kesehatan masyarakat setempat untuk penyelidikan epidemiologi. Petugas kemudian melakukan survei di sekitar penderita untuk menentukan apakah ada orang lain yang mengalami gejala demam berdarah.

Budi menyoroti pentingnya penyemprotan insektisida atau fogging jika ditemukan tiga atau lebih orang dengan gejala demam berdarah dalam radius 100 meter dari penderita. Fogging bertujuan untuk memusnahkan nyamuk dewasa sebelum mereka melakukan siklus menggigit.

Dalam hal perawatan penderita demam berdarah, Budi menyarankan untuk menuntaskan perawatan di rumah sakit guna mendapatkan nutrisi yang cukup. Dia menjelaskan bahwa dengan suplemen vitamin dan perawatan yang tepat, durasi demam berdarah dapat berkurang, mempercepat proses pemulihan.

Budi berpendapat bahwa edukasi kepada masyarakat, termasuk melalui media, sangat penting agar mereka dapat mengenali gejala demam berdarah dan meresponsnya dengan cepat. Edukasi ini juga mencakup pemahaman terhadap langkah-langkah seperti penyelidikan epidemiologis dan fogging yang benar.