Elita Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan

Anggota Komisi 1 DPR RI, Elita Budiaty, laksanakan sosialisasi 4 pilar kebangsaan di Kecamatan Pagaden Barat, Kabupaten Subang, Selasa (22/4/2025). (Boby Ramadan/ tiradar.id)

Subang, tiradar.id– Sebagai salah satu upaya penguatan kesadaran berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat, Anggota Komisi 1 Dewan Perwakilan Rakyat  Republik Indonesia (DPR RI), Elita Budiaty, gelar kegiatan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) di Aula Kantor Kecamatan Pagaden Barat, Kabupaten Subang, Selasa (22/4/2025).

“Dengan diadakannya  sosialisasi ini, diharapkan menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan dan rasa nasionalisme sesuai semangat proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945,” ujar Elita.

Elita berharap, masyarakat dapat memahami secara utuh, menyeluruh dan berkelanjutan. Lain dari itu, tambah Elita, kegiatan tersebut nantinya diharapkan bisa menjadi dasar dalam mewujudkan visi dan misi Indonesia ke depan lebih maju dan bermartabat.

Anggota Komisi 1 DPR RI, Elita Budiaty, saat pelaksanaan sosialisasi 4 pilar kebangsaan di Pagaden Barat, Subang, Selasa (22/4/2025).

Menurutnya, sosialisasi ini dilandaskan pada cita-cita negara Indonesia, salah satunya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Atas dasar itulah sosialisasi menjadi begitu penting, karena melalui kegiatan tersebut dapat membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, maju, unggul, berakhlak mulia dan berdaya saing tinggi, sebagai modal utama dalam pembangunan bangsa.

“Pemahaman dan implementasi terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilar negara harus selalu ditumbuh kembangkan. Untuk mewujudkan cita-cita masa depan Indonesia yang lebih baik menuju masyarakat yang sejahtera, adil, makmur serta menjadi negara yang berdaulat dan bermartabat,” jelas Elita.

Dalam kesempatan tersebut, Elita mengutip TAP MPR No.VI Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Menurut Elita, ada 2 tantangan dalam berbangsa dan bernegara, yakni dari internal dan eksternal.

“Ada lima permasalahan internal. Yang pertama, masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama serta munculnya pemahaman terhadap ajaran agama yang keliru dan sempit. Kedua, pengabaian terhadap kepentingan daerah, serta timbulnya fanatisme kedaerahan. Ketiga kurang berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas kebhinnekaan dan kemajemukan, ke empat, kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa. Dan yang terakhir, tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal,” ujar Elita.

Sementara persoalan eksternal, menurut Elita, ada dua persoalan, yakni persoalan Globalisasi dan kapitalisme. Persoalan Globalisasi, tambah Elita, pengaruh Globalisasi  kehidupan yang  semakin meluas dan  persaingan antar  bangsa yang semakin  tajam.

“Sedangkan yang dimaksud tantangan dari kapitalisme, yakni makin Kuatnya  intensitas intervensi  kekuatan global dalam  perumusan kebijakan  nasional,” ujar Elita.***

 

Penulis: Boby Ramadan

Editor: @gusekoms