Ragam  

Elon Musk Tengah Bersiap Bangun Super Komputer yang Akan Saingi Google, OpenAI dan Meta

CEO Tesla Inc. dan SpaceX Elon Musk menyampaikan pidato dalam pembukaan World Water Forum ke-10 di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (20/5/2024). ANTARA/Aprillio Akbar.

Jakarta, tiradar.id – Para miliarder dan perusahaan teknologi terkemuka saat ini tengah berlomba-lomba dalam pengembangan superkomputer. Salah satu tokoh utama dalam perlombaan ini adalah Elon Musk, yang telah mengumumkan rencana ambisiusnya kepada para investor untuk membangun sebuah superkomputer yang disebut “gigafactory of compute”. Tujuan utama dari proyek ini adalah untuk mendukung pengembangan startup kecerdasan buatannya, xAI.

Gigafactory of Compute: Ambisi Elon Musk

Elon Musk mengungkapkan bahwa superkomputer tersebut dirancang untuk merangkai 100.000 chip Nvidia dan diharapkan mulai beroperasi pada September 2025. Ia berjanji akan memastikan bahwa superkomputer ini akan terwujud tepat waktu. Jika berhasil, superkomputer ini akan menjadi empat kali lebih besar dari kluster GPU terbesar yang saat ini digunakan oleh Meta untuk melatih model AI mereka. Ini menandakan bahwa Musk tidak hanya ingin mengikuti tren, tetapi juga memimpin dalam inovasi teknologi kecerdasan buatan.

Perang Teknologi AI Generatif

Sejak diluncurkannya fitur AI generatif seperti ChatGPT oleh OpenAI pada tahun 2022, teknologi ini telah menjadi medan persaingan sengit antara raksasa teknologi seperti Microsoft, Google, Meta, serta startup-startup seperti Anthropic dan Stability AI. Elon Musk adalah salah satu dari sedikit investor yang memiliki sumber daya cukup untuk bersaing dengan nama-nama besar tersebut dalam bidang AI.

Saat ini, xAI sedang mengembangkan sebuah chatbot bernama Grok, yang memiliki kemampuan untuk mengakses platform media sosial X secara real-time. Ini menunjukkan ambisi Musk untuk menciptakan alat yang dapat bersaing secara langsung dengan produk AI generatif lainnya di pasar.

Kontroversi dengan OpenAI

Elon Musk tidak asing dengan dunia kecerdasan buatan. Ia ikut mendirikan OpenAI pada tahun 2015 namun keluar pada 2018. Ketidaknyamanan Musk terhadap arah OpenAI di bawah kepemimpinan CEO Sam Altman, yang menurutnya terlalu fokus pada keuntungan, membuatnya berpisah dari perusahaan tersebut.

Bahkan, pada Maret lalu, Musk mengajukan gugatan terhadap OpenAI, menuduh mereka melanggar misi nirlaba asli untuk membuat penelitian AI tersedia bagi semua orang. OpenAI membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa gugatan Musk, serta dukungannya terhadap pengembangan open source, hanya merupakan kasus kecemburuan setelah ia meninggalkan perusahaan.

Elon Musk terus menjadi salah satu inovator terdepan dalam teknologi, dan rencananya untuk membangun superkomputer “gigafactory of compute” menandai langkah besar dalam perlombaan kecerdasan buatan.

Dengan ambisi untuk menjadikan xAI sebagai pemimpin dalam AI generatif, Musk berusaha menciptakan masa depan di mana kecerdasan buatan memainkan peran sentral dalam kehidupan sehari-hari. Persaingannya dengan raksasa teknologi lainnya hanya akan semakin memicu inovasi yang lebih cepat dan lebih signifikan dalam bidang ini.