Jakarta, tiradar.id – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi DKI Jakarta menegaskan bahwa pengembangan infrastruktur digital harus menjadi prioritas utama demi mendorong posisi Jakarta naik ke peringkat 50 besar dalam indeks kota global pada tahun 2030. Saat ini, posisi Jakarta berada di peringkat ke-74 dunia.
Kepala Bappeda DKI Jakarta, Atika Nur Rahmania, menyampaikan hal tersebut dalam seminar bertajuk “Mewujudkan Jakarta Top 50 Kota Global melalui Akselerasi Inovasi Infrastruktur dan Layanan Digital” yang berlangsung di Balai Kota Jakarta, Selasa (5/8).
Menurut Atika, keterbatasan ekosistem dan infrastruktur digital merupakan tantangan utama yang menghambat percepatan transformasi digital di Jakarta. “Sebenarnya tantangan utama pengembangan infrastruktur digital yang membuat kami perlu untuk meletakkan ini sebagai salah satu poin untuk diprioritaskan, yakni terbatasnya ekosistem dan infrastruktur digital,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa keberadaan infrastruktur digital yang memadai sangat penting untuk menunjang transformasi layanan publik, sistem transportasi, perencanaan tata ruang, serta pertumbuhan ekonomi kota. Selain itu, aspek kolaborasi lintas sektor juga membutuhkan dukungan teknologi digital yang kuat.
Atika juga mengungkapkan bahwa kecepatan internet di Indonesia masih jauh dari ideal. Saat ini, Indonesia menempati peringkat ke-112 untuk kecepatan internet seluler dan peringkat ke-137 untuk internet broadband. “Ini tentunya lebih kurang kompetitif untuk bisa mengangkat Jakarta memperbaiki posisinya di elemen pertukaran informasi,” tambahnya.
Lebih lanjut, keamanan siber juga menjadi tantangan serius. Jakarta tercatat mengalami sekitar satu juta serangan siber setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan urgensi peningkatan sistem keamanan digital untuk melindungi data dan infrastruktur kota.
Tak hanya itu, absennya kerangka hukum yang memadai dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI) turut menjadi kendala. Padahal, kata Atika, Jakarta memiliki potensi besar dalam penerapan AI di berbagai sektor seperti transportasi, layanan publik, dan pengelolaan kota.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Atika juga menyoroti sejumlah pencapaian digital Jakarta. Salah satunya adalah keberhasilan integrasi layanan publik melalui aplikasi Jakarta Kini (JAKI). Saat ini, JAKI telah digunakan secara aktif oleh lima juta pengguna. Namun, Atika menilai pemanfaatan JAKI masih bisa dioptimalkan lebih lanjut untuk mendukung transformasi Jakarta menuju kota pintar (smart city).
Dengan serangkaian langkah strategis yang akan ditempuh, Bappeda DKI Jakarta optimistis transformasi digital dapat mempercepat kemajuan Jakarta sebagai kota global yang kompetitif dan inklusif.


