Jakarta, tiradar.id – Psikolog keluarga dari Universitas Indonesia, Sani B Hermawan, mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam memberikan komentar kepada pasangan suami istri yang belum memiliki anak. Menurutnya, komentar yang tampak sepele justru bisa menjadi beban psikologis bagi pasangan yang tengah menjalani masa penantian atau memilih untuk menunda memiliki anak.
“Jangan terlalu mengomentari orang yang belum punya anak karena kita tidak tahu apakah mereka memang belum siap atau memang sedang mengalami kesulitan. Jadi, mohon bijaklah dalam bersikap,” ujar Sani dalam pernyataannya kepada ANTARA pada Senin (16/6).
Ia mengungkapkan, komentar bernada negatif kerap datang dari keluarga atau lingkungan sekitar, yang tanpa sadar memberi tekanan kepada pasangan tersebut. Padahal, setiap pasangan memiliki pertimbangan dan alasan pribadi yang belum tentu dapat dilihat dari luar.
“Kadang pasangan memilih menunda karena alasan finansial, kesiapan mental, atau kondisi pekerjaan yang belum memungkinkan. Semua itu adalah keputusan pribadi yang patut dihormati,” jelasnya.
Sani menekankan bahwa tekanan sosial dapat memperburuk kondisi emosional pasangan, terutama jika mereka memang sedang berjuang untuk memiliki anak. Oleh karena itu, ia menyarankan masyarakat untuk menghindari pertanyaan atau komentar yang menyinggung topik tersebut.
Bagi pasangan yang memang telah mantap dengan keputusan untuk menunda kehamilan, Sani menganjurkan agar mereka tetap percaya diri dan tidak takut menanggapi komentar orang lain. Menurutnya, selama keputusan tersebut telah disepakati bersama, maka pasangan tidak perlu merasa kecil hati.
“Kalau kita memang belum merencanakan punya anak, kita bisa jawab dengan tenang, seperti ‘Ya, kami rencanakan tahun depan’ tanpa harus merasa direndahkan,” ujarnya.
Selain itu, Sani juga menyarankan penggunaan alat kontrasepsi yang disepakati bersama sebagai bagian dari perencanaan keluarga. Hal ini penting untuk menjaga kenyamanan pasangan dan memastikan rencana keluarga dapat berjalan sesuai harapan.
“Kalau mereka memang merencanakan, ya sebaiknya menggunakan sistem pengamanan yang aman seperti spiral, kondom, IUD, atau metode kalender, yang penting disepakati bersama,” tutupnya.
Dengan sikap saling menghargai dan memahami, masyarakat diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih suportif bagi setiap pilihan hidup pasangan, termasuk dalam hal memiliki keturunan.