Purwakarta, tiradar.id — Suasana Minggu malam (2/11/2025) di Kabupaten Purwakarta benar-benar “pecah”. Belasan grup musik cadas dari berbagai daerah tampil memukau dalam gelaran “Pentas Musik Cadas Purwakarta” yang digelar di Cafe Ponsa 80s, Jalan Gandanegara 8, Situ Buleud, Purwakarta.
Acara yang digagas oleh komunitas Purwakarta Pussy (Purwakarta Underground Society Sickness Youth) ini menjadi ajang silaturahmi bagi para musisi dan penggemar musik keras dari Purwakarta dan luar daerah. Grup-grup band cadas dari Cirebon, Bekasi, Bandung, Tegal, hingga Jakarta turut memanaskan panggung dengan dentuman musik dan aksi panggung enerjik.
Menurut Upet, salah satu penggagas acara, kegiatan ini bukan sekadar hiburan, melainkan bentuk kebersamaan dan solidaritas antarpegiat musik bawah tanah.
“Tujuannya untuk memperkuat silaturahmi antara pemusik dan penggemar musik cadas, tidak hanya di Purwakarta, tapi juga dari berbagai kota lainnya,” ujarnya.
Sementara itu, Agung, rekan penyelenggara, menambahkan bahwa antusiasme penonton dan musisi meningkat tajam. Sejak sore hingga malam, suasana kian meriah dengan sorakan penonton yang ikut berjingkrak mengikuti irama keras dari setiap band yang tampil.
“Semakin malam semakin ramai. Penampilan band-band luar daerah seperti Traxion dari Jakarta benar-benar menghidupkan suasana,” kata Agung.
Band asal Jakarta, Traxion, menjadi salah satu penampil yang paling ditunggu. Aksi panggung mereka berhasil memukau penonton. Viki, gitaris Traxion, mengaku bangga bisa tampil untuk pertama kalinya di Purwakarta.
“Sangat bangga bisa perform di sini. Sambutan penonton luar biasa, bikin kami ingin balik lagi ke Purwakarta,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Esa, vokalis Traxion, berharap kegiatan semacam ini dapat terus berlanjut.
“Supaya panggung musik cadas tetap hidup, perlu dukungan semua pihak, termasuk tempat seperti Cafe Ponsa 80s yang memberi ruang bagi kami untuk berekspresi,” tutupnya.
Dengan energi yang membara dan semangat persaudaraan yang kuat, pentas musik cadas di Purwakarta malam itu membuktikan bahwa skena musik bawah tanah di daerah ini masih hidup, lantang, dan penuh semangat kebersamaan. (Supriadi)


