Ragam  

Pengamat Menilai Pembenahan Transportasi Bisa Atasi Polusi di Jakarta

Arsip foto - Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa (25/7/2023). Berdasarkan data IQAir Jakarta pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/nym/pri)

Jakarta, tiradar.id – Seorang ahli Transportasi dari Universitas Indonesia (UI) yang bernama Ellen Tangkudung, mengungkapkan bahwa peningkatan dalam bidang transportasi bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah polusi udara di Jakarta.

Ellen Tangkudung dari Universitas Indonesia (UI) menyatakan bahwa menurut pandangannya, satu-satunya cara untuk mengurangi polusi udara adalah melalui sektor transportasi, dalam percakapannya dengan ANTARA pada hari Selasa.

Pandangannya adalah bahwa polusi udara di Jakarta disebabkan oleh pergerakan dan emisi dari kendaraan bermotor. Maka dari itu, solusi yang diperlukan untuk mengurangi polusi udara adalah dengan memperbaiki sistem transportasi agar lebih ramah lingkungan.

Ellen menjelaskan bahwa beberapa langkah telah diambil untuk menghadapi polusi udara, terutama dalam upaya mengurangi emisi kendaraan.

Meskipun upaya untuk mengurangi emisi sudah ada dalam peraturan di DKI Jakarta, Ellen menekankan pentingnya perluasan langkah-langkah ini ke wilayah Jabodetabek, karena udara tidak mengenal batas administratif.

Baca Juga:  Kolaborasi China-Jerman Kembangkan Industri Otomotif Ramah Lingkungan

Salah satu langkah konkret yang ditekankan oleh Ellen adalah pemeriksaan emisi gas buang. Ia menekankan pentingnya untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan agar kendaraan tetap memenuhi standar emisi yang telah ditetapkan.

Dalam usahanya untuk mengurangi polusi, Ellen juga menyoroti pentingnya mendorong penggunaan kendaraan listrik. Namun, ia menyadari bahwa harga kendaraan listrik masih menjadi kendala bagi masyarakat.

Karena itu, subsidi untuk kendaraan listrik harus didukung oleh persyaratan yang lebih mudah dipenuhi dan mekanisme yang lebih terjangkau.

Ellen juga menekankan bahwa fokus utama harus diberikan pada pengembangan transportasi publik berbasis kendaraan listrik. Ia memberikan apresiasi terhadap upaya Transjakarta dalam memperkenalkan bus listrik. Namun, menurutnya, semua jenis transportasi umum juga harus beralih ke listrik.

“Namun, tidak hanya bus listrik, tetapi juga Jaklingko, mikrotrans, semuanya harus beralih ke listrik. Jadi, semua rencana utama transportasi yang dikembangkan di DKI Jakarta harus menuju arah tersebut, termasuk stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU),” katanya.

Baca Juga:  Hindari Mencampur Teh dengan Bahan-Bahan Ini

Ellen juga membahas peran masyarakat dalam mengurangi polusi. Ia menyatakan bahwa pandemi COVID-19 telah membuktikan bahwa penurunan mobilitas dapat memberikan dampak positif pada kualitas udara.

Menurutnya, wacana pemerintah untuk kembali menerapkan work from home (WFH) bagi para pegawai dapat memberikan kontribusi positif dalam mengurangi polusi udara di Jakarta.

Ellen juga menambahkan bahwa upaya untuk menangani polusi udara di Jakarta juga harus melibatkan sektor angkutan barang. Ia menyoroti bahwa truk pengangkut logistik juga berkontribusi pada polusi udara di Jakarta.

“Banyak truk di jalan tol di Jakarta bergerak dengan kecepatan rendah, dan menghasilkan emisi gas yang tinggi. Kita perlu mencari cara agar angkutan barang di Jakarta tidak hanya mengandalkan kendaraan roda empat atau lebih, tetapi juga menggunakan kereta sebagai sarana angkutan logistik. Ini bisa dilakukan karena kapasitas kereta cukup besar,” ujarnya.

Baca Juga:  Terkait Kasus Kebocoran Data, Perlu Adanya Transparansi untuk Jaga Kepercaayaan Publik

Ellen berpendapat bahwa dengan melaksanakan langkah-langkah ini dan dengan dukungan serta kesadaran bersama dari berbagai pihak, polusi udara di Jakarta dapat secara perlahan berkurang.(*)

Berita ini sudah dimuat di ANTARANews.com dengan judul Pengamat nilai pembenahan transportasi solusi atasi polusi Jakarta