Ragam  

Melihat Strategi Komunikasi Digital Gubernur Jabar Dedi Mulyadi

Jakarta, tiradar.id – Sejak dilantik sebagai Gubernur Jawa Barat pada 20 Februari 2025, Dedi Mulyadi aktif menggunakan berbagai platform media sosial untuk menampilkan aktivitas kepemimpinannya. Akun Instagram @dedimulyadi71 dan kanal YouTube @kangdedimulyadichannel menjadi sarana utama Dedi menyapa masyarakat secara langsung melalui konten digital.

Kepopuleran Dedi di dunia maya terbukti dari jumlah pengikutnya yang tinggi. Di Instagram, ia memiliki 3 juta pengikut dengan lebih dari 6.600 unggahan. Sementara di YouTube, jumlah pelanggannya mencapai 7 juta dengan total sekitar 4 ribu video yang telah diunggah, menampilkan beragam ekspresi saat dirinya turun langsung ke lapangan.

Keaktifan ini memunculkan julukan “Gubernur Konten” dari sejumlah pihak, termasuk Gubernur Kalimantan Timur Rudy Mas’ud. Menanggapi hal itu, Dedi tak mempermasalahkan, bahkan mengklaim aktivitas digitalnya mampu menekan anggaran iklan Pemprov Jabar dari Rp50 miliar menjadi hanya Rp3 miliar.

Pakar komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, Verdy Firmantoro, menilai pendekatan ini merupakan bentuk komunikasi politik personalistik. Melalui konten, Dedi membangun citra sebagai pemimpin yang merakyat, responsif, dan empatik—sebuah pendekatan yang juga pernah dilakukan oleh Presiden Jokowi di masa kepemimpinannya.

Verdy menjelaskan bahwa gaya komunikasi Dedi serupa dengan Jokowi, namun lebih menonjol di ranah digital. Ia menyebut Dedi mampu menyesuaikan pesan dan saluran komunikasi dengan karakteristik masyarakat Jawa Barat yang mayoritas adalah generasi muda aktif secara digital.

Meski demikian, pendekatan ini memiliki risiko. Verdy mengingatkan bahwa jika terlalu berlebihan, strategi komunikasi semacam ini bisa terjebak pada simbolisme yang artifisial dan menimbulkan ekspektasi publik yang tinggi, yang berbahaya jika tidak diimbangi dengan pencapaian nyata.

Senada dengan itu, Direktur Eksekutif Trias Politika, Agung Baskoro, mengingatkan agar pendekatan Dedi tidak mengarah pada komunikasi satu arah yang mengabaikan peran media. Ia menekankan pentingnya substansi dalam setiap konten agar kepemimpinan tetap profesional, akuntabel, dan otentik.

Aktivitas Dedi di media sosial juga dinilai sebagai upaya meningkatkan elektabilitas secara konsisten. Menurut Agung, meski dampaknya bisa positif secara elektoral, ia tetap mengimbau agar strategi ini dijalankan secara bijak agar tidak sekadar menjadi pencitraan kosong di era digital.