Pentingnya Kesadaran dalam Mengatasi Ancaman Kanker Kepala dan Leher

Ilustrasi kanker kepala dan leher (ANTARA/Shutterstock/Steph Photographies)

Jakarta, tiradar.id – Kanker kepala dan leher merupakan salah satu bentuk penyakit yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia. Dr. dr. Diani Kartini, SpB(K)Onk, seorang dokter spesialis bedah onkologi dan juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus kanker kepala dan leher disebabkan oleh penggunaan tembakau.

Dalam diskusi daring di RS Medistra, Jumat pekan lalu (18/8/2023), Dr. Diani menyatakan bahwa 75 hingga 85 persen kasus kanker kepala dan leher dapat dikaitkan dengan penggunaan tembakau dalam berbagai bentuk, termasuk merokok linting, cerutu, pipa, dan tembakau kunyah secara rutin.

Dr. Diani menjelaskan bahwa tembakau merupakan faktor risiko terbesar yang berkontribusi terhadap peningkatan kasus kanker kepala dan leher, serta berdampak pada kebersihan mulut.

Baca Juga:  Pemkot Cimahi Ajak Semua Insan Pendidikan Semangat Wujudkan Platform Merdeka Belajar

Kanker ini mencakup berbagai jenis kanker yang berkembang di area mulut, tenggorokan, hidung, kelenjar ludah, dan bagian lain di kepala dan leher. Sel skuamosa yang melapisi mulut, tenggorokan, dan kotak suara adalah lokasi umum munculnya kanker ini.

Kanker kepala dan leher memiliki dampak serius terhadap kualitas hidup penderitanya. Lokasinya yang berada di saluran pernapasan membuatnya dapat mengganggu kemampuan makan, menelan, dan bernapas.

Beberapa jenis kanker kepala dan leher yang umum terjadi di Indonesia termasuk kanker nasofaring, tiroid, dan rongga mulut. Gejala seperti benjolan di leher atau sariawan yang tidak sembuh dalam waktu lama dapat menjadi tanda potensial dari jenis kanker ini.

Tidak hanya tembakau, mengonsumsi alkohol secara rutin juga merupakan faktor risiko yang signifikan dalam kasus kanker kepala dan leher. Dr. Diani mengingatkan pentingnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan pribadi dan menghindari kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol secara berlebihan. Pola hidup sehat dan rajin berolahraga dianggap sebagai solusi terbaik untuk mengurangi risiko berbagai penyakit, termasuk kanker.

Baca Juga:  Sebanyak 1.075 Domain Web Ilegal Telah Berhasil Diblokir Bappebti

Namun, sayangnya, Indonesia memiliki jumlah perokok terbanyak ketiga di dunia, setelah India dan China. Data dari Statista Consumer Insights tahun 2021 mencatat ada 112 juta perokok di Indonesia, dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 123 juta pada 2030.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 juga mencatat bahwa lebih dari 62,9 persen laki-laki Indonesia usia di atas 15 tahun adalah perokok.

Menghadapi fakta ini, edukasi dan peningkatan kesadaran menjadi kunci utama dalam mengatasi ancaman kanker kepala dan leher. Masyarakat dihimbau untuk lebih memperhatikan kesehatan pribadi dengan menghindari kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebihan.

Baca Juga:  OIKN Inisiasi Pembuatan Panduan Smart Building Berstandar Internasional

Langkah-langkah ini bukan hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga pada upaya memerangi peningkatan angka kanker kepala dan leher yang mengkhawatirkan.

Sumber: ANTARA