Penulis: Wijaya
Subang, tiradar.id- Sebanyak 214 orang diduga keracunan, akibat makan nasi kotak. Nasi kotak yang dimakan warga, diberikan saat peringatan malam Nisfu Sya’ban di Pondok Pesantren Al Muniriyah, Desa Sukamulya, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Selasa malam (7/3/2023).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr. Maxi, SH, MHKes mengatakan, warga yang hadir saat malam tersebut, makan nasi kotak yang disediakan panitia peringatan malam Nisfu Syaban. Mereka mulai merasakan pusing, muntah dan diare, bervariasi waktunya.
“Ada yang mulai merasakan pusing, muntah dan diare dari jam 11 malam, dini hari, dan Subuh. Ternyata warga lebih banyak yang merasakan hal itu pada pagi hari,” ucapnya saat memantau warga keracunan di Puskesmas Pagaden, Rabu (08/03/2023).
Dengan ada kejadian keracunan tersebut, menurut Maxi, Puskesmas Pagaden bergerak cepat mendirikan posko pengobatan untuk warga di depan rumah Bidan Yati.
“Dari posko tersebut, sudah ada 214 orang yang menjalani pengobatan akibat keracunan tersebut,” ucapnya.
Dari sekian banyak itu, tambahnya, terdapat tujuh orang yang menjalani rawat inap di Puskesmas Pagaden, termasuk satu ibu hamil, dan tujuh orang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Mutiara Hati.
“Jadi sampai tadi siang, yang berobat 214 orang,” ujarnya.
Selain pengobatan, lanjutnya, warga pun diberi penyuluhan tentang makanan yang dipantang supaya tidak menambah parah penyakitnya, dan mengumumkan kepada masyarakat bergejala mual, muntah, pusing dan diare berobat agar ke puskesmas.
“Karena jama’ah Ponpes Al Muniriyah dari seluruh kecamatan, saya sudah mengumumkan kepada kepala puskesmas se-Kabupaten Subang agar kalau ada pasien dengan muntah dan diare berobat dilayani gratis semuanya,” ucap pemilik Klinik Happy Healthy dan Apotek Happy Healthy Farma, tersebut.
Maxi menambahkan, surveilans dinasnya turun berkolaborasi dengan surveilans Puskesmas Pagaden mengambil muntahan dari pasien, dan ke tempat pengolahan makanan diduga menyebabkan keluhan kesehatan di masyarakat.
“Informasi awal yang kami dengar katanya di Desa Tanjung, Cipunagara itu hanya tempat masak daging, sedangkan bumbunya dibawa dari Haurgeulis. Kita ambil sampelnya mudah-mudahan kita bisa tahu kira-kira kuman di makanan,” ujarnya.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, lanjut dr Maxi, kelihatannya ada peningkatan sel darah putih pada pasien. “Kita menduga infeksi terkait dengan bakteri karena kalau virus biasanya leukosit turun,” ucapnya.
Salah seorang warga yang keracunan, Ida Kurniawati. Menurutnya, Ia keracunan setelah makan nasi kotak. Nasi kontak dimakan setelah salat Isya, tapi acara sampai jam 23.00 wib.
“Karena belum makan dari sore, nasi kotaknya habis saya makan,” ucapnya.
Besok paginya, tambah Ida, dia mulai merasakan pusing, muntah dan diare, bahkan sampai bolak balik ke kamar mandi untuk buang air besar.
“Sampai lemas. Setelah berobat di puskesmas, kini alhamdulillah membaik,” ujarnya. (wjy/***)