Purwakarta, tiradar.id – Cuaca ekstrem yang terjadi selama hampir sepekan terakhir diduga menjadi penyebab kematian massal ikan di sejumlah Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Fenomena alam yang dikenal dengan istilah umbalan ini kembali terjadi akibat tingginya curah hujan yang berlangsung secara intens.
Kepala Desa Jatimekar, Nono Supriatna, menjelaskan bahwa hujan yang terus-menerus menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus perairan KJA. Kondisi ini mengakibatkan air dari dasar waduk naik ke permukaan, membawa lumpur dan kotoran yang mengendap.
“Endapan lumpur dan sisa pakan ini menjadi racun bagi ikan dan menyebabkan mereka kekurangan oksigen. Akibatnya, ikan menjadi mabuk dan mati secara massal,” ujar Nono, Jumat (7/2/2025).
Lebih lanjut, Nono menegaskan bahwa petani ikan di KJA yang berada di wilayah Desa Jatimekar tidak mengalami kematian ikan. Hal ini karena pihaknya telah memberikan sosialisasi kepada para petani agar tidak menanam ikan pada periode November hingga Februari, saat curah hujan tinggi.
“Kami sudah mengimbau para petani ikan untuk tidak menanam ikan pada periode tersebut karena risiko umbalan meningkat secara signifikan,” katanya.
Namun, Nono mengungkapkan bahwa di wilayah lain, seperti Kecamatan Sukatani, khususnya di daerah Pasir Jangkung dan Pasirlaya, sebagian petani mengalami kematian ikan akibat fenomena ini.

Harapan Petani dan Respons Pemerintah
Para petani KJA yang terdampak berharap adanya perhatian dari pemerintah, baik dalam bentuk bantuan kompensasi maupun solusi jangka panjang untuk mengatasi permasalahan yang terus berulang setiap tahunnya.
Nono juga mengimbau agar pemerintah daerah dan pihak terkait dapat memberikan pendampingan serta solusi konkret guna membantu para petani ikan yang mengalami kerugian akibat faktor alam yang sulit diprediksi.
Dengan pola budidaya yang lebih bijak dan dukungan dari pemerintah, diharapkan kejadian serupa dapat diminimalisir di masa mendatang sehingga petani ikan dapat terus berproduksi tanpa dihantui ancaman kerugian besar akibat perubahan cuaca ekstrem.
Laporan:Riyan Kurnia