Operasi Pencarian Korban Longsor Trenggalek Diperkuat dengan Anjing Pelacak dan Saksi Kunci

SAR gabungan saat mengevakuasi jasad korban kedua (Mesinem, 82) yang berhasil ditemukan dan dievakuasi pada H+4 operasi pencarian di titik longsor utama Dusun Kebonagung, Desa Depok, Trenggalek, Rabu (21/5/2025). ANTARA/Destyan Handri Sujarwoko

Trenggalek, tiradar.id — Memasuki hari keenam pascabencana longsor di Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Trenggalek, Tim SAR gabungan terus memperkuat upaya pencarian empat korban yang masih tertimbun material longsor. Dalam upaya ini, tim mendatangkan dua anjing pelacak (K9) tambahan dari Polda Jawa Timur, serta menghadirkan saksi kunci yang diyakini mengetahui secara langsung detik-detik tragedi terjadi.

Kepala Seksi Operasional dan Siaga Basarnas Surabaya, Didit Arie Ristandi, menjelaskan bahwa penguatan tim pencarian ini dilakukan guna mempercepat proses evakuasi korban yang belum ditemukan.

“Kita datangkan dua unit K9 dari Polda Jatim. Dua unit K9 dari SAR Dog Indonesia (SDI) Malang yang digunakan sebelumnya dipulangkan karena mengalami kelelahan,” ujarnya usai apel pagi di Posko SAR Gabungan di Desa Depok, Sabtu (H+6).

Didit juga menekankan bahwa keberadaan anjing pelacak menjadi sangat vital, terutama karena terdapat ketidaksesuaian informasi dari beberapa warga terkait dugaan lokasi korban saat peristiwa terjadi.

Sebagai langkah strategis lainnya, tim turut menghadirkan saksi kunci bernama Minto, suami dari salah satu korban bernama Nitin. Minto disebut-sebut menyaksikan langsung saat longsor besar terjadi yang menimbun rumahnya serta rumah-rumah sekitar. Saat itu, enam anggota keluarganya berada di dalam rumah.

“Minto saat itu sedang membetulkan saluran air di sisi atas pemukiman. Ia sempat berlari ke arah rumah saat mendengar longsor, dan menyaksikan langsung reruntuhan menimpa rumahnya,” terang Didit.

Meskipun masih dalam kondisi trauma berat, Minto akhirnya berhasil dibawa ke lokasi untuk menunjukkan titik terakhir rumahnya sebelum tertimbun. “Hanya dari saksi Minto kita percaya untuk menunjukkan lokasi pencarian. Kita bantu dengan dukungan Kapolsek, Danramil, Camat, Kepala Desa, dan perangkat desa lainnya,” tambahnya.

Operasi SAR sebenarnya mulai menunjukkan hasil sejak hari keempat (H+4), saat dua korban atas nama Yatemi (65) dan Mesinem (82) ditemukan dan berhasil dievakuasi. Namun pada hari kelima (H+5), pencarian kembali menemui hambatan meski telah menggunakan dua alat berat.

Untuk mempercepat proses pada hari keenam (H+6), tim SAR memutuskan menambah satu unit ekskavator, menjadikan total tiga alat berat yang dikerahkan.

“Konfirmasi dari Kalaksa BPBD menyebutkan bahwa ada tambahan alat berat dari Kodim 0806/Trenggalek. Ekskavator ini akan membantu dari sisi bawah untuk menyisir area dan bergabung di lokasi kerja utama,” ujar Didit menutup keterangannya.

Operasi SAR ini direncanakan berlangsung selama tujuh hari sesuai protokol, dan seluruh sumber daya dikerahkan agar keempat korban yang masih tertimbun bisa segera ditemukan.