Ragam  

BMKG Minta Masyarakat Tunggu Kajian Mendalam Terkait Longsor di Subang

Sejumlah tim SAR Gabungan mengevakuasi sisa puing akibat bencana longsor di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang, Jawa Barat, Senin (8/1/2024). Sedikitnya dua orang korban meninggal dunia dan 9 korban mengalami luka luka akibat longsor yang terjadi di sekitar objek wisata dan sumber mata air Cipondok, Subang, saat debit curah hujan tinggi pada Minggu (7/1/2024). ANTARA FOTO/Novrian Arbi/YU

Subang, tiradar.id – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk bersabar menunggu hasil kajian mendalam terkait penyebab pasti bencana longsor di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, Jawa Barat, yang terjadi pada hari Minggu (7/1).

Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, diperlukan kajian yang mendalam untuk membuktikan berbagai teori yang beredar mengenai penyebab longsor di sana. Salah satu dugaan yang tengah diinvestigasi adalah aktivitas pengeboran oleh perusahaan air minum.

“Untuk membuktikan itu, perlu kajian yang mendalam. Harus betul-betul ke lapangan untuk melakukan survei dan lain sebagainya terhadap titik-titik pengeboran airnya,” ujar Rahmat seperti yang dikutip dari laman ANTARANews.com Sabtu, (13/1/2024).

Baca Juga:  Meningkatkan Literasi Digital di Kalangan Santri, Gapai Budaya Digital yang Bermoral

Meskipun tidak menutup kemungkinan adanya faktor tersebut, Rahmat juga menyebut bahwa hujan dengan intensitas tinggi di wilayah tersebut merupakan faktor lain yang mungkin berkontribusi.

“Karena realitanya, (saat) kejadian longsor itu hujan intensitasnya sangat tinggi (200 mm),” tambah Rahmat.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM sebelumnya menyatakan bahwa hujan lebat menjadi penyebab tanah longsor di Cipondok, Desa Pasanggrahan, Kabupaten Subang.

“Jadi itu karena hujan lebat yang airnya terus masuk ke dalam cekungan hingga akhirnya menyebabkan debris atau limpasan air dan longsor di lokasi itu,” kata Kepala Sub Koordinator Gerakan Tanah Wilayah Barat PVMBG Badan Geologi ESDM, Sumaryono.

Baca Juga:  Memaknai Diam di Era Moderen Saat Ini

Sumaryono juga menjelaskan bahwa longsor tersebut bukan disebabkan oleh banjir bandang dari Sungai Cipunagara karena jaraknya cukup jauh. Dia menambahkan bahwa curah hujan di wilayah tersebut tengah mengalami anomali, mencapai 200 mm dalam dua hari, sedangkan biasanya jumlah tersebut terkumpul dalam 15 sampai 20 hari.

“Situasi ini menjadi tidak biasa, karena dalam dua hari hujan mencapai 200 mm, padahal biasanya butuh waktu 15 – 20 hari. Hal ini berdampak pada terjadinya longsor,” ungkapnya.

Baca Juga:  Sukarelawan Penyandang Disabilitas Bersemangat Sukseskan Peparnas XVII di Solo

Sumaryono juga menegaskan bahwa secara morfologi, daerah tersebut memang rawan longsor dan telah sering mengalami kejadian serupa sebelum adanya aktivitas perusahaan air minum di sana.

“Dari segi morfologi, kawasan ini memang rawan longsor dan sudah terjadi sebelum ada aktivitas perusahaan,” tegasnya.

Dengan demikian, kajian mendalam dari BMKG diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan longsor di Kasomalang, Subang, serta memberikan panduan untuk langkah-langkah pencegahan di masa depan.