Ragam  

Jerman Uji Coba Pekan Kerja 4 Hari Sebagai Solusi Atasi Krisis Ketenagakerjaan

Arsip. Buruh pabrik tekstil Zender Germany GmbH, yang biasanya pemasok otomotif, membuat masker pelindung ditengah pandemi virus COVID-19 di Osnabrueck, Jerman, Senin (6/4/2020). Friso Gentsch/Pool via REUTERS/wsj/djo

Jakarta, tiradar.id – Jerman baru-baru ini menjadi pusat perhatian global dengan peluncuran uji coba pekan kerja 4 hari dalam seminggu. Program yang dirancang untuk berlangsung selama enam bulan ini memungkinkan karyawan dari 45 perusahaan di seluruh negeri untuk bekerja satu hari lebih sedikit dalam seminggu, namun tetap mendapatkan gaji yang sama.

Inisiatif tersebut diprakarsai oleh Intraprenor, sebuah konsultan sumber daya manusia yang berbasis di Berlin, dengan kolaborasi dari organisasi nirlaba Global 4 Day Week (4DWG).

Jan Buhren dari Intraprenor menjelaskan bahwa krisis ekonomi yang melanda Jerman telah memicu perubahan dalam pasar tenaga kerja, mendorong perlunya eksperimen seperti pekan kerja empat hari.

“Ini adalah tanggapan terhadap perubahan permintaan tenaga kerja yang kita lihat, khususnya dalam konteks krisis ekonomi yang melanda Jerman dan Eropa. Kondisi ini membutuhkan pendekatan baru terhadap cara kita bekerja,” ungkap Buhren.

Baca Juga:  Uji Coba KCJB Sudah Dilakukan, Halim-Padalarang Hanya 20 Menit Saja

Langkah ini datang pada saat Jerman mengalami tekanan dari serangkaian pemogokan pekerja sektor publik yang menuntut upah lebih tinggi dan kondisi kerja yang lebih baik.

Para pendukung pekan kerja yang lebih pendek meyakini bahwa ini akan meningkatkan kebahagiaan dan produktivitas pekerja, yang sedang dihadapkan pada pertumbuhan produktivitas yang melambat dan kekurangan tenaga kerja.

Buhren menambahkan bahwa eksperimen ini juga memunculkan kreativitas baru di antara karyawan, dengan sekitar 12 model berbeda diterapkan untuk menyesuaikan waktu dan gaya kerja.

Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah apakah produktivitas akan terpengaruh. Meskipun Jerman telah mencapai produktivitas tertinggi pada November 2017, data dari Deutsche Bundesbank menunjukkan penurunan produktivitas sejak itu, meskipun tetap lebih tinggi dari negara-negara besar lainnya di Eropa.

Baca Juga:  Rupiah Menguat Jadi Rp16.653 per Dolar AS pada Jumat Pagi

Pendukung sistem pekan kerja 4 hari percaya bahwa langkah ini akan meningkatkan kesejahteraan dan motivasi pekerja, bahkan dalam industri yang mengalami kekurangan tenaga kerja.

Sementara para pengusaha melihatnya sebagai peluang untuk meningkatkan brand perusahaan dan menarik bakat baru, di sisi lain, pekerja juga melihatnya sebagai kesempatan untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan kerja dan pribadi.

Data dari Kamar Dagang dan Industri Jerman menunjukkan bahwa separuh perusahaan di Jerman mengalami kesulitan dalam mengisi lowongan pekerjaan, yang menyebabkan kerugian besar bagi ekonomi.

Survei menunjukkan bahwa mayoritas pekerja Jerman mendukung penerapan pekan kerja 4 hari, dan banyak perusahaan juga memberikan dukungan terhadap langkah ini.

Bagi Tia Robinson, CEO Expath, langkah ini bukan hanya tentang keseimbangan hidup pribadi, tetapi juga tentang meningkatkan efisiensi dan kepuasan karyawan serta pelanggan.

Baca Juga:  Di Hadapan Negara G20, Sri Mulyani Perlihatkan Ketangguhan Ekonomi RI

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Tzerkis, seorang guru di Expath, yang merasakan peningkatan kualitas hidup dan produktivitas.

Meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak jangka panjangnya, uji coba pekan kerja 4 hari di Jerman memberikan pandangan baru tentang bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dan berkelanjutan bagi semua pihak terkait.