Bisnis  

Investasi Halal Dominasi Perekonomian Global dengan Etika dan Kepatuhan Syariah

Ilustrasi- Suasana Light of Internet Expo di Konferensi Internet Dunia (World Internet Conference/WIC) 2020 di Wuzhen, Provinsi Zhejiang, China timur, Minggu (22/11/2020). ANTARA FOTO/Xinhua/Li Xin/wsj.

Jakarta, tiradar.id – Era globalisasi membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek, termasuk dalam dunia keuangan. Salah satu fenomena yang semakin mencuat adalah pertumbuhan pesat ekonomi halal Islam yang diperkirakan akan mencapai nilai pasar sebesar USD7,7 triliun pada tahun 2025.

Angka ini melebihi dua kali lipat dari nilai pasar pada tahun 2015 yang sebesar USD3,2 triliun. Bahkan, angka tersebut jauh melampaui pencapaian pada tahun 2021 yang mencapai USD5,7 triliun.

Menurut laporan dari General Council for Islamic Banks and Financial Institutions, pasar dana Islam global tumbuh lebih dari 300 persen selama dekade terakhir, dengan hampir USD200 miliar dikelola secara global. Statistik ini mencerminkan peningkatan signifikan dalam permintaan terhadap investasi halal atau “sesuai syariah” dan peluang yang dihadirkannya.

Investasi halal melibatkan transaksi yang tidak melibatkan riba (bunga) serta tidak melibatkan aset atau komoditas yang dianggap haram, seperti produk daging babi, alkohol, atau peralatan militer. Selain itu, investasi halal juga tidak boleh didasarkan pada gharar, yang merupakan transaksi yang sangat tidak pasti atau bertentangan dengan prinsip kepastian dan transparansi dalam bisnis.

Baca Juga:  Puskepi Angkat Bicara Terkai Kebijakan Penghapusan Pengecer LPG 3 Kg

Omar Shaikh, direktur Dewan Keuangan Islam Inggris (UKIFC), menjelaskan bahwa investasi halal pada dasarnya adalah cara untuk mengelola uang dan keuangan sesuai dengan keyakinan agama. Umat Islam percaya bahwa menghasilkan uang dengan cara yang halal lebih baik daripada mendapatkan keuntungan yang merugikan masyarakat dan bertentangan dengan moral agama.

Umar Munshi, pendiri dan direktur pelaksana grup keuangan Islam Ethis, menekankan bahwa kepatuhan syariah adalah kunci dalam investasi halal. Namun, ia juga menyoroti pentingnya bagi institusi dan investor untuk memastikan bahwa bisnis yang mereka dukung benar-benar etis dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat atau lingkungan.

Baca Juga:  Tingkatkan Layanan untuk Nasabah, BRI Gunakan Teknologi AI Generatif

Salah satu contoh investasi halal yang populer adalah pembiayaan bisnis Islam, yang menggunakan model bagi hasil, asuransi sesuai syariah, dan sukuk, sebuah sertifikat keuangan Islam yang mewakili bagian kepemilikan dalam suatu bisnis. Investor sukuk menerima sebagian kepemilikan suatu bisnis dan pembayaran keuntungan sebagai ganti bunga, untuk memastikan kepatuhan syariah.

Meskipun demikian, perkembangan keuangan Islam masih tergolong baru, dengan pertumbuhan terbesar terjadi dalam 15 tahun terakhir. Hal ini menuntut pendidikan dan kesadaran yang lebih luas tentang konsep investasi halal. Semakin banyak bank dan lembaga keuangan yang fokus pada layanan investasi halal, semakin banyak pula produk-produk yang tersedia, yang pada akhirnya menciptakan lebih banyak permintaan dalam pasar ini.

Baca Juga:  Alat Musik Gambus Asal RI Tembus Pasar Internasional

Investasi halal bukan hanya tentang mencari keuntungan finansial, tetapi juga tentang membangun perekonomian yang adil, berkelanjutan, dan sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan agama. Dengan pertumbuhan yang pesat, investasi halal dapat menjadi kekuatan utama dalam mendorong perkembangan ekonomi global yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.