Subang, tiradar.id – Salman Al Farisi adalah lelaki yang berasal dari negeri Ashfahan Persia. Ia sangat lekat dengan ajaran Majusi dan pernah bertugas sebagai penjaga sulutan api, yang selalu menyalakannya, tidak membiarkannya padam meskipun sejenak. Orang tuanya seorang kepala distrik, mempunyai ladang yang luas.
Berita tentang hijrahnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ke kota Madinah sudah tersiar. Saat pertama kali mendengar berita itu, Salman Al Farisi sedang berada di atas pohon kurma milik majikannya. Sedangkan majikannya sedang duduk.
Tiba-tiba kemenakan sang majikan ini datang dan berdiri di hadapannya, sambil berkata: “Semoga Allah memerangi Bani Qailah. Demi Allah, mereka sekarang berkumpul di Quba, mengelilingi seorang lelaki yang datang dari Mekah hari ini, yang mengaku dirinya seorang Nabi”.
Ketika Salman mendengarnya, seluruh tubuhnya gemetar, sampai mengira hampir jatuh menimpa majikan yang berada di bawahnya. Lalu Salman turun dari pohon kurma, dan bertanya kepada kemenakan si majikan: “Apa yang engkau katakan? Apa yang engkau katakan?”
Sang majikan marah dan menampar pipinya dengan pukulan yang sangat keras, lantas berkata, ”Apa urusanmu dengannya?. Teruslah bekerja!”.
Sebelumnya, Salman telah mempunyai sesuatu (kurma) yang telah ia kumpulkan. Saat sore harinya, ia pergi menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, yang sedang berada di Quba.
Kata Salman, ”Telah sampai kepadaku berita, kalau engkau orang yang baik, (datang) bersama para sahabatmu yang asing lagi memerlukan bantuan. Ini ada sesuatu untuk sedekah. Aku melihat kalian sangat berhak daripada orang lain,” maka aku pun mendekatkan (sedekah itu) kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Rasulullah berkata kepada para sahabat: “Makanlah,” tetapi beliau Shallallahu alaihi wasallam sendiri menahan tangannya dan tidak mau makan.
Salman berkata dalam hati: “Ini tanda pertama”.
Pada kesempatan berikutnya, Salman mengumpulkan sesuatu dan Rasulullah telah tinggal di Madinah. Salman berkata, ”Aku melihatmu tidak mau makan sedekah. Ini adalah hadiah, aku ingin memuliakan dirimu dengannya,” maka Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pun memakannya, dan menyuruh para sahabat ikut makan bersama beliau.
Dalam hati, Salman berkata: “Ini tanda kedua”.
Berikutnya, Salman mendatangi Rasulullah ketika berada di Baqi Gharqad, yaitu ketika sedang melayat jenazah salah seorang sahabatnya. Beliau mengenakan dua kain, duduk di antara para sahabat.
Maka, Salman datang dan melontarkan salam kepada beliau. Setelah itu, ia berputar ke belakang untuk melihat punggung Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, untuk memastikan tanda kenabian yang disebutkan oleh pendeta.
Ketika Rasulullah menyadari keingintahuan Salman, maka beliau Shallallahu alaihi wasallam melepaskan kain atasnya dari punggung, dan Salman menyaksikan tanda kenabian tersebut, sebagaimana ia mengenalnya dari cerita yang pernah ia dengar.
Kemudian, Salman segera mendekati Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, menciumi tanda itu dan menangis. Beliau Shallallahu alaihi wasallam berkata kepada Salman: “Kemarilah,” maka aku ke depan beliau, dan aku bercerita kepada beliau Shallallahu alaihi wasallam.
Perang Khandaq merupakan perang pertama kali yang diikuti oleh sahabat mulia ini. Karena sebelumnya ia masih terkungkung oleh perbudakan.
Sampai akhirnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memobilisasi para sahabat agar membantu Salman, yaitu untuk menebusnya. Setelah itu, Salman Al Farisi tidak pernah absen menyertai Rasulullah dalam peperangan selanjutnya.(*)