Jakarta, tiradar.id – Insomnia adalah masalah tidur yang serius yang dapat menyebabkan kelelahan, kekurangan energi, serta berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Menurut juru bicara American Academy of Sleep Medicine (AASM), Indira Gurubhagavatula, MD, MP, insomnia umumnya adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur, tetap tertidur, atau sering terbangun lebih awal dari yang diinginkan, meskipun memiliki waktu tidur yang cukup.
Gurubhagavatula menjelaskan bahwa insomnia akut, yang sering kali dipicu oleh stres, dapat berlangsung dari beberapa hari hingga minggu. Gejala insomnia akut biasanya mereda setelah seseorang mengatasi sumber stres tersebut.
Psikolog klinis Nathan Baumann, PhD, dari South Psychology di Colorado, menambahkan bahwa stres, kecemasan, dan kekhawatiran dapat mempengaruhi ritme sirkadian tubuh, yang kemudian dapat mengganggu pola tidur. Ritme sirkadian adalah siklus energi dan rehat harian tubuh yang penting untuk tidur yang sehat. Gangguan pada ritme sirkadian dapat menyebabkan masalah tidur yang berlangsung lama.
Insomnia dapat menjadi kronis jika gejalanya berlangsung selama tiga bulan atau lebih, dengan frekuensi minimal tiga kali seminggu. Bahkan, insomnia bisa dikategorikan kronis meski berlangsung kurang dari tiga bulan jika gejalanya terus berulang selama berbulan-bulan atau bahkan tahun. Orang yang mengalami insomnia kronis sering kali merasa tidak bisa tidur tanpa bantuan obat tidur, atau mengalami berbagai masalah seperti ketidakpuasan tidur, lelah di siang hari, mengantuk, dan bahkan gangguan kesehatan seperti sakit kepala dan mual.
Psikolog berlisensi, Shmaya Krinsky, PsyD, menyarankan untuk memantau gejala tidur, seperti kesulitan tidur lebih dari 30 menit tiga malam dalam seminggu, sering terbangun di malam hari, serta dampak negatif seperti stres dan kesulitan berkonsentrasi. Jika gejala tersebut berlanjut, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi medis atau psikologis lainnya.
Menurut AASM, terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBT-I) adalah pengobatan yang paling efektif untuk insomnia kronis. Terapi ini biasanya terdiri dari enam hingga delapan sesi dan mencakup perubahan perilaku serta strategi kognitif. Pendekatan ini meliputi tidur pada waktu yang sama setiap malam, bangun dari tempat tidur jika tidak bisa tidur, dan mengelola rasa takut tidak bisa tidur. Selain itu, praktik higiene tidur seperti mengurangi konsumsi kafein, berolahraga secara teratur, dan menjaga lingkungan tidur yang nyaman juga dapat membantu.
Gurubhagavatula menekankan pentingnya menjaga lingkungan kamar tidur tetap sejuk, gelap, tenang, dan nyaman, serta menghindari cahaya terang sebelum tidur. Jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang menyebabkan gangguan tidur, seperti nyeri kronis atau refluks asam lambung, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
Dengan pemahaman yang tepat dan penanganan yang sesuai, insomnia dapat dikelola secara efektif, memungkinkan Anda mendapatkan tidur yang berkualitas dan meningkatkan kualitas hidup.