Jakarta, tiradar.id – Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of American Heart Association telah mengungkapkan bahwa individu yang mengalami stres tinggi secara konsisten memiliki risiko lebih tinggi terhadap tekanan darah tinggi, obesitas, dan faktor risiko kardiometabolik lainnya.
Penelitian ini melibatkan 276 peserta dari Southern California Children’s Health Study di Amerika Serikat dan menggunakan Perceived Stress Scale (PSS) sebagai alat penilaian untuk mengukur persepsi stres partisipan.
PSS digunakan untuk mengukur sejauh mana individu menilai situasi dalam kehidupan mereka sebagai stres. Untuk anak usia dini hingga sekitar usia 6 tahun, PSS diperoleh dari respon orangtua peserta, sementara peserta sendiri melaporkan tingkat stres mereka.
Peserta kemudian dikelompokkan menjadi empat kategori risiko berdasarkan tingkat stres mereka, yaitu stres tinggi secara konsisten, stres menurun, stres meningkat, dan stres rendah secara konsisten dari waktu ke waktu.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat stres yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko kesehatan kardiometabolik yang lebih tinggi. Para peneliti mengukur skor risiko kardiometabolik dengan memperhitungkan faktor-faktor seperti ketebalan arteri leher, tekanan darah sistolik dan diastolik, berat badan, persentase lemak tubuh, distribusi lemak, dan hemoglobin A1c.
Studi ini menyimpulkan bahwa individu yang mengalami stres tinggi sejak remaja hingga dewasa cenderung memiliki kesehatan pembuluh darah yang buruk, total lemak tubuh yang lebih tinggi, lebih banyak lemak di sekitar perut, dan risiko obesitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengalami penurunan stres seiring berjalannya waktu.
Meskipun penelitian ini memiliki jumlah peserta yang relatif kecil, para peneliti menekankan pentingnya pemahaman terhadap dampak stres pada masa kanak-kanak untuk mencegah, mengurangi, atau mengelola faktor risiko kardiometabolik yang lebih tinggi pada orang dewasa.
Seperti dikutip dari laman ANTARANews.com, Penulis studi, Fangqi Guo dari University of Southern California, menekankan bahwa pola stres yang dirasakan dari waktu ke waktu memiliki dampak luas pada tindakan kardiometabolik, termasuk distribusi lemak, kesehatan pembuluh darah, dan obesitas. Temuan ini memperkuat pentingnya pengelolaan stres sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit kardiometabolik.