Jakarta, tiradar.id – Dokter spesialis anak dari RS Bunda Jakarta, dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi Sp.A, menyoroti pentingnya perbaikan kualitas hidup pada masa remaja sebagai langkah preventif untuk menghindari risiko melahirkan anak yang berisiko stunting di masa mendatang.
Dalam sebuah diskusi mengenai pentingnya ASI di Jakarta pada hari Rabu, Partiwi menegaskan bahwa gaya hidup remaja memiliki dampak besar terhadap kesehatan calon ibu dan janin di kemudian hari. “Lifestyle harus diperhatikan, jika tidak ada niat untuk memperbaikinya, maka sebaiknya ditunda kehamilan,” ucapnya seperti dikutip dari laman KOMPAS.tv, Kamis (7/3/2024).
Partiwi menyarankan agar remaja memperbaiki kualitas hidup dengan menjalani gaya hidup sehat jika mereka berencana menikah dan memiliki keturunan yang sehat serta bebas dari stunting. Langkah-langkah tersebut antara lain menghindari konsumsi alkohol dan berhenti merokok, karena alkohol dapat meningkatkan kalori dalam tubuh yang dapat menyebabkan kegemukan, sedangkan rokok dapat merusak sel-sel di dalam tubuh.
Bagi pasangan yang merencanakan kehamilan, Partiwi menyarankan untuk melakukan skrining minimal tiga bulan sebelumnya, meningkatkan aktivitas fisik, dan menurunkan kadar kolesterol.
“Skrining minimal tiga bulan sebelum hamil, meningkatkan kualitas hidup, menurunkan berat badan bagi pasangan yang kelebihan berat badan, menata kadar kolesterol yang tinggi, serta mengadopsi gaya hidup aktif bagi yang tidak suka berolahraga, dan berhenti merokok untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi janin yang sedang berkembang,” jelasnya.
Bagi mereka yang sudah menikah dan hamil, Partiwi menekankan perlunya intervensi untuk mencegah anak lahir dengan stunting. Nutrisi yang mencukupi selama 9 bulan masa kehamilan sangat penting, dimulai dari konsumsi makanan bergizi hingga suplemen tambahan. Selain itu, menyusui eksklusif selama enam bulan juga menjadi faktor penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
Partiwi menjelaskan bahwa anak yang mengalami stunting dapat dikenali dari kurangnya peningkatan berat badan selama empat bulan berturut-turut, serta pertumbuhan fisik yang terhambat dan lingkar kepala yang kecil.
“Dalam satu tahun pertama kehidupannya, 60 persen nutrisi yang dibutuhkan anak untuk perkembangan otaknya, sehingga jika lingkar kepala sudah kecil, maka dapat diindikasikan bahwa perkembangan kognitif anak sudah terhambat,” tambahnya.
Untuk mencegah stunting sejak awal kehamilan hingga masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), konsumsi protein hewani sangat disarankan sebagai salah satu langkah preventif yang efektif. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat dapat mengurangi angka stunting dan memastikan generasi yang lebih sehat dan berkualitas di masa depan.