Ragam  

Polusi Udara dan Ancaman Tersembunyi pada Kesehatan Mental

Illustrasi Polusi Udara Jakarta | Foto: IQAir

Jakarta, tiradar.id – Baru-baru ini, sebuah studi mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa tingkat bunuh diri meningkat secara dramatis seiring memburuknya polusi udara, dengan dampak yang sangat merugikan bagi kelompok lansia.

Tidak hanya itu, para perempuan juga menunjukkan kecenderungan 2,5 kali lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Studi yang dilansir dari Medical Daily, yang kemudian dilansir oleh ANTARANews.com Jumat (1/3/2024), menyoroti temuan mengejutkan ini. Para peneliti dari India dan Amerika Serikat menemukan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh Tiongkok untuk mengurangi polusi udara telah berhasil mengurangi angka kematian akibat bunuh diri sebanyak 46.000 dalam lima tahun terakhir.

Selain meningkatkan risiko bunuh diri, polusi udara juga terbukti menjadi ancaman serius bagi kesehatan fisik, memicu berbagai masalah seperti asma, penyakit kardiovaskular, dan kanker paru-paru.

Namun, yang menarik adalah bahwa polusi udara tidak hanya merugikan tubuh, tetapi juga dapat merusak kesehatan mental. Tamma Carleton, salah satu penulis utama studi tersebut, menegaskan bahwa faktor lingkungan ini juga memiliki dampak negatif pada kesehatan mental masyarakat.

Carleton menyatakan, “Kita sering kali melihat masalah kesehatan mental dan bunuh diri sebagai permasalahan yang hanya perlu diselesaikan pada tingkat individu. Namun, hasil studi ini menyoroti pentingnya peran kebijakan publik dan kebijakan lingkungan dalam menangani krisis kesehatan mental dan bunuh diri.”

Sebelumnya, Carleton telah melakukan penelitian tentang dampak suhu terhadap tingkat bunuh diri di India. Ketika dia dan rekan penulis utama lainnya, Peng Zhang, melihat penurunan drastis dalam tingkat bunuh diri di Tiongkok, mereka mulai menyelidiki hubungan antara upaya negara tersebut dalam mengatasi polusi udara dan penurunan angka bunuh diri.

Namun, tantangan utama dalam penelitian ini adalah memisahkan dampak polusi udara terhadap bunuh diri dari faktor-faktor lain yang berkorelasi, seperti aktivitas ekonomi dan pola perjalanan.

Para peneliti menggunakan kondisi atmosfer yang disebut inversi untuk membantu memisahkan pengaruh polusi udara dari aktivitas manusia. Hasil analisis mereka menunjukkan bahwa dampak polusi udara terutama dirasakan oleh kelompok lansia, khususnya perempuan lanjut usia yang rentan hingga 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya.

Meskipun mekanisme pasti mengapa perempuan lanjut usia sangat rentan terhadap dampak polusi belum sepenuhnya dipahami, para peneliti mencatat bahwa faktor budaya mungkin juga memainkan peran penting.

Dengan demikian, studi ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara polusi udara dan kesehatan mental, menyoroti urgensi tindakan kebijakan publik untuk mengatasi masalah ini. Polusi udara bukan hanya masalah fisik, tetapi juga ancaman tersembunyi bagi kesehatan mental masyarakat.