Ragam  

Waspada Jika Anda Sering Pusing, Bisa Jadi Gejala Aritmia

Ilustrasi kesehatan jantung. (ANTARA/Shutterstock)

Jakarta, tiradar.id – Aritmia adalah kondisi medis yang melibatkan gangguan irama jantung, baik itu terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Kondisi ini dapat memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan, termasuk risiko stroke dan gagal jantung jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Berdasarkan pernyataan dari Ketua Perhimpunan Aritmia Indonesia (PERITMI) dr. Sunu Budhi Raharjo, Sp.JP (K), PhD, serta Dewan Penasehat PERITMI Dr. dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC, aritmia dapat menunjukkan berbagai gejala dan memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan individu.

Gejala dan Dampak Aritmia

Gejala aritmia dapat bervariasi, namun beberapa gejala umumnya mencakup:

  1. Jantung Berdetak Cepat (Takikardia): Jantung berdetak lebih cepat dari kecepatan normal.
  2. Jantung Berdetak Lambat (Bradikardia): Jantung berdetak lebih lambat dari kecepatan normal.
  3. Pusing dan Pingsan: Beberapa orang mungkin merasakan pusing atau bahkan pingsan akibat gangguan irama jantung.
  4. Cepat Lelah: Orang dengan aritmia sering merasa cepat lelah meskipun melakukan aktivitas ringan.
  5. Sesak Napas: Gangguan irama jantung dapat menyebabkan kesulitan bernapas.
  6. Nyeri Dada: Beberapa orang dapat mengalami nyeri dada atau sensasi tak nyaman di dada.
Baca Juga:  Menkominfo Ingatkan Nilai Sejarah dan Komitmen Majukan Era Digital Inklusif

Aritmia bukanlah kondisi yang dapat diabaikan, karena dapat memiliki dampak serius pada kesehatan. Salah satu dampak yang paling ditakutkan adalah henti jantung. Dr. Sunu Budhi Raharjo mengungkapkan bahwa aritmia merupakan penyebab terbanyak kondisi henti jantung, menyumbang hingga 88 persen kasus. Contoh dramatis dari dampak ini adalah insiden yang dialami oleh pesepakbola Denmark, Christian Eriksen, saat bertanding melawan Finlandia pada Juni 2021.

Prevalensi dan Faktor Risiko

Menurut data yang diungkapkan oleh Dewan Penasehat PERITMI Dr. dr. Dicky Armein Hanafy, prevalensi aritmia secara global berkisar antara 1,5 persen hingga 5 persen dari populasi. Aritmia yang paling umum terjadi adalah fibrilasi atrium (FA), yang ditandai oleh irama jantung yang tidak teratur. Prevalensi FA secara global mencapai angka yang cukup tinggi, dengan perkiraan 46,3 juta kasus di seluruh dunia. Proyeksi ini juga menunjukkan bahwa angka kasus FA di Asia, termasuk Indonesia, dapat terus meningkat hingga mencapai 72 juta kasus pada tahun 2050.

Baca Juga:  Perbedaan Stroke dan Bell's Palsy Menurut Dokter: Pentingnya Mengenali Gejala dan Penanganannya

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami aritmia, termasuk usia, penyakit jantung koroner, penggunaan narkoba atau zat-zat tertentu, konsumsi alkohol berlebihan, penggunaan obat-obatan tertentu, merokok, dan konsumsi kafein yang berlebihan. Oleh karena itu, penting bagi individu yang memiliki faktor risiko ini untuk lebih waspada terhadap kemungkinan gejala dan memeriksakan diri secara rutin.

Penanganan Aritmia

Penanganan aritmia sangat penting untuk mencegah dampak serius pada kesehatan. Beberapa metode penanganan yang dapat dilakukan meliputi:

  1. Tindakan Kateter Ablasi: Tindakan ini bertujuan untuk mengembalikan irama jantung yang tidak teratur dan terlalu cepat dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah ke jantung. Metode ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan menjadi pilihan pertama dalam penanganan.
  2. Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD): ICD adalah alat kecil yang ditanam di dalam dada dan berfungsi untuk mengembalikan irama jantung yang tidak normal. ICD dapat memberikan kejutan listrik saat terjadi gangguan irama jantung yang serius.

Penting untuk diingat bahwa penanganan aritmia harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Pilihan terapi akan ditentukan oleh dokter berdasarkan jenis aritmia, gejala yang dialami, serta kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Baca Juga:  KTT Wuzhen 2024: Fokus pada Kecerdasan Buatan

Aritmia adalah kondisi serius yang melibatkan gangguan irama jantung. Gejala yang mungkin muncul meliputi jantung berdetak cepat atau lambat, pusing, pingsan, cepat lelah, sesak napas, dan nyeri dada.

Prevalensi aritmia cukup signifikan, dan dampaknya dapat berpotensi fatal jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, pemahaman mengenai gejala, faktor risiko, dan pilihan penanganan sangat penting bagi semua individu.

Dalam hal ini, konsultasi dengan dokter serta perawatan medis yang tepat adalah langkah yang diperlukan untuk menjaga kesehatan jantung dan mengurangi risiko komplikasi akibat aritmia.