Sastra  

Ada Siswa yang Kehilangan Wilayah Subang Bagian Atas

Beri Hadiah- Perwakilan PT. Dahana, Ferdy,memberikan Piala dan uang pembinaan kepada Jesica Claudia, siswi kelas 6 Sekolah Dasar Negeri Soklat, juara pertama lomba baca sajak bahasa sunda. (eko)

Subang, tiradar.idKuring nu leungiteun, Tatar Subang belah luhur  (Saya yang kehilangan wilayah Subang bagian atas), demikian sebaris puisi yang dibacakan oleh Jesica Claudia, siswa kelas 6 SDN Soklat Subang, saat mengikuti lomba baca puisi basa Sunda yang dilaksanakan oleh Jagad Subang Siliwangi, di Kelurahan  Karanganyar Kecamatan Subang, Sabtu, (3/5/2025).

Jesica merupakan satu diantara 29 orang peserta yang mengikuti lomba tersebut, bahkan, karena tampilannya yang memukau, oleh para dewan juri, peserta yang memiliki nomor urut 26, diberi total nilai 1.067 oleh tiga orang juri.

“Ada 4 aspek yang dinilai Nyurahan Eusi sajak, Ngunikeun Kecap, Neleban Eusi dan Pintonan,” ujar salah seorang dewan juri, Risnawati.

Menurut Risna, yang dimaksud Nyurahan Eusi Sajak atau tafsir, peserta faham terhadap isi atau makna yang terkandung di sajak yang dibacanya.

“Sementara ngunikeun kecap/ vokal yakni, artikulasi jelas, dinamikanya bagus, temponya sesuai serta intonasinya baik,” tambah Risna.

Aspek penilaian yang ketiga, menurut Risna, Neleban Eusi Sajak atau Penghayatan, yakni ekspresi wajah serta naik turunnya suara atau intonasi, selaras dengan isi atau makna sajak.

“Ketepatan struktur emosi,” jelas Risna.

Dan aspek penilaian yang ke empat, tambah Risna, yakni Pintonan atau pementasan di panggung. peserta diharapkan dapat menguassai panggung atau blocking tempat, kemudian gerak tubuh atau gestur selaras dengan isi sajak.

“Kesatuan mimik atau ekspresi, ini juga kami nilai,” tegasnya.

Kegiatan lomba baca puisi itu sendiri, menurut Ketua DPP Jagad Subang Siliwangi, Raka AB, selain dalam rangka memperingati hari puisi sedunia yang diperingati setiap tanggal 21 Maret, juga dalam rangka meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa ibu dalam pendidikan, pelestarian bahasa daerah, dan keberagaman linguistik di seluruh dunia.

“Kegiatan ini dilakukan juga untuk menjaga warisan budaya yang tidak ternilai harganya, yang mana, kondisi terkini, anak-anak usia sekolah dasar, seakan “melupakan” bahasa sunda dalam kehidupannya sehari-hari,” ucap Raka.

Selaras dengan ucapan Raka AB, Lurah Karanganyar Kecamatan Subang, Roskita Sudiman menyampaikan apresiasi yang luar biasa atas terselenggaranya lomba tersebut. Bahkan, beberapa kali dia menyebut sangat bangga dengan adanya perhelatan tersebut.

Simkuring reueus pisan, mugia pasanggiri ieu tiasa dipigawé uanggal tau, teu aya pegat na. Margi, mangrupikeun salah sahiji cara kangho ngamumulé basa urang, basa Sunda ( Saya merasa bangga, semoga, lomba ini dapat dilaksanakan setiap tahun tanpa henti. Sebab, merupakan salahsatu cara untuk melestarikan bahasa kita, bahasa Sunda),” ujar Roskita.

“Ya Alloh ampun… Ya Robbi… Ampun gusti…..!” suara Jesica menutup penampilannya diatas panggung, yang kemudian diberi tepuk tangan yang meriah oleh para penonton dan peserta yang ada di aula Kelurahan Karanganyar Kecamatan Subang.***