Sastra  

Kepunahan Bahasa Daerah di Indonesia: Tantangan dalam Pelestarian Kearifan Lokal

Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Hafidz Muksin saat membuka rakor revitalisasi bahasa daerah Pulau Bangka, Kamis (7/3/2024) malam. ANTARA/HO-Aprionis.

Jakarta, tiradar.id – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia baru-baru ini mengumumkan bahwa sebanyak 11 bahasa daerah di Indonesia telah mengalami kepunahan.

Faktor utama penyebab kepunahan ini adalah berkurangnya penggunaan bahasa daerah oleh masyarakat dan kurangnya upaya untuk mewariskannya kepada generasi muda.

Menurut Hafidz Muksin, Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, keadaan vitalitas bahasa daerah di Indonesia saat ini menjadi perhatian serius.

Dari 24 bahasa daerah yang ada, hanya 11 di antaranya yang masih dipertahankan dan digunakan oleh semua lapisan masyarakat. Bahasa-bahasa ini dianggap aman dari kepunahan.

Namun, ada 19 bahasa daerah lainnya yang berada dalam kondisi rentan. Meskipun masih digunakan oleh anak-anak dan generasi tua, jumlah penuturnya relatif sedikit. Sementara itu, 3 bahasa daerah mengalami kemunduran, di mana penggunaannya terus berkurang dari waktu ke waktu.

Baca Juga:  Kemendikbudristek Apresiasi Festival Film Indonesia 2023

Lebih mengkhawatirkan, terdapat 25 bahasa daerah yang terancam punah. Mayoritas penuturnya berusia 20 tahun ke atas, dan generasi tua tidak lagi berkomunikasi dengan anak-anak atau sesama mereka menggunakan bahasa daerah.

Bahkan, ada 5 bahasa daerah yang dikategorikan sebagai kritis, di mana penuturnya hanya terdapat pada kelompok masyarakat berusia 40 tahun ke atas, dan jumlahnya sangat terbatas.

Secara umum, situasi kepunahan bahasa daerah terutama terjadi di wilayah bagian timur Indonesia. Hafidz Muksin menyoroti bahwa meskipun wilayah timur memiliki banyak bahasa daerah, penduduknya cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan wilayah barat Indonesia.

Baca Juga:  Memaknai Diam di Era Moderen Saat Ini

Di sini, jumlah bahasa daerah mungkin banyak, tetapi karena populasi yang terbatas, bahaya kepunahan menjadi lebih nyata.

Beberapa bahasa daerah yang telah mengalami kepunahan meliputi bahasa Tandia di Papua Barat, bahasa Mawes di Papua, bahasa Kajeli di Maluku, bahasa Piru di Maluku, bahasa Moksela di Maluku, bahasa Palumata di Maluku, bahasa Ternateno di Maluku Utara, bahasa HUKUmina di Maluku, bahasa Hoti di Maluku, bahasa Serua di Maluku, dan bahasa Nila di Maluku.

Penting bagi pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat luas untuk bersama-sama berkontribusi dalam pelestarian bahasa daerah sebagai bagian integral dari warisan budaya Indonesia.

Baca Juga:  Melestarikan Kesenian Bangkong Reang: Semangat Rebo Nyunda di SMPN 1 Purwakarta

Upaya revitalisasi, pengajaran bahasa daerah di sekolah, dan dukungan komunitas lokal dapat menjadi langkah-langkah penting untuk mencegah kepunahan bahasa dan memastikan kelangsungan warisan budaya yang kaya di Nusantara.