Cipt: Iwa Kartiwa
Jadi apa lagi yang harus ku katakan padamu
Ketika bulan pun tak lagi menyiratkan warna
Malam gelisah menanti angin yang tak kunjung menyapa.
Diam-diam kau menulis puisi di atas daun: tentang kesalahan dan kesangsian mu
“Kaulah pelanduk yang kerap mengetuk pintuku dengan siulmu yang serak”, katamu.
Dan saat pagi datang, embun menghapus segala apa yang pernah kau ucapkan
Jadi apa lagi yang harus kukatakan padamu
Tentang kerinduanku yang tak berujung
Malam menerkam khayalku dalam kesendirian
Dan diam-diam kutuliskan puisi untukmu
“Kaulah bulan yang kesepian”
Yogyakarta,
September 2011.
Dari buku catatan panjang
Kumpulan puisi dua hati