Jakarta, tiradar.id – Ketika anak memasuki dunia pendidikan, wajar jika orang tua merasa cemas tentang posisi sang buah hati di sekolah, baik terkait kemampuan mengikuti pelajaran, jumlah teman, keterampilan, maupun penyesuaian diri di lingkungan.
Namun, ada satu hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membantu anak menghadapi tantangan sosial yang mungkin muncul, yaitu dengan melatih ketahanan mental mereka.
Menurut pakar, anak-anak yang memiliki ketahanan mental cenderung lebih mampu mengendalikan emosi, bangkit dari kegagalan, dan memaafkan diri sendiri setelah melakukan kesalahan. Lalu, bagaimana cara orang tua melatih anak agar memiliki mental yang tangguh?
Berikut adalah lima langkah yang dapat diambil oleh orang tua untuk membantu anak mengembangkan ketahanan mental, seperti yang diungkapkan oleh para ahli.
1. Membiarkan Anak Gagal
Dr. Ken Ginsburg, Profesor Pediatri di Children’s Hospital of Philadelphia, menyarankan agar orang tua tidak terlalu melindungi anak dari kegagalan. Banyak orang tua yang kerap kali membatasi pengalaman anak karena takut menyakiti perasaan mereka, padahal ini dapat menghambat pertumbuhan. Menurut Ginsburg, membiarkan anak belajar dari kegagalan adalah salah satu cara terbaik untuk mempersiapkan mereka menghadapi kesulitan hidup. “Biarkan mereka sesekali jatuh dan bangkit kembali,” ujar Ginsburg.
2. Mengizinkan Anak Merasa Khawatir
Setiap kali anak menghadapi masalah, insting pertama orang tua biasanya adalah mengatakan, “Jangan khawatir.” Namun, menurut Taryn Marie Stejskal, pendiri Resilience Leadership Institute, hal ini justru tidak membantu anak mengatasi kecemasan mereka. Orang tua sebaiknya memberikan ruang kepada anak untuk merasakan kekhawatiran dan mengajarkan cara mengelola perasaan tersebut. Stejskal menyarankan agar anak diberikan waktu khusus untuk mengkhawatirkan hal-hal yang membuat mereka cemas, kemudian mengajarkan mereka untuk melepaskan kekhawatiran tersebut setelah waktu habis.
3. Membantu Anak Memikirkan Skenario Terburuk dan Terbaik
Mengajarkan anak untuk memikirkan kemungkinan terburuk dan terbaik dari situasi yang mereka hadapi dapat membantu mereka merasa lebih siap. Menurut Stejskal, menyadari bahwa skenario terburuk tidak seburuk yang dibayangkan dapat membuat anak merasa lebih aman dan mampu mengatasi masalah yang muncul. Selain itu, memikirkan skenario terbaik juga dapat mendorong anak untuk melihat kemungkinan hasil positif dari tindakan mereka.
4. Menghargai Perkembangan Pribadi
Scott Mautz, mantan eksekutif senior Procter & Gamble, menekankan pentingnya mengajarkan anak untuk fokus pada penilaian diri sendiri daripada mencari validasi dari orang lain. Hal ini akan membantu anak untuk mengukur kinerja mereka berdasarkan harapan pribadi. Dengan mendorong anak untuk menilai apakah mereka telah mencapai apa yang diinginkan dan menjadi versi yang lebih baik dari diri mereka, orang tua dapat membantu anak mengembangkan kekuatan mental dan ketangguhan.
5. Fokus pada Proses, Bukan Hasil
Terakhir, orang tua perlu mengajarkan anak untuk menghargai proses daripada terlalu berfokus pada hasil. Mautz menjelaskan bahwa terlalu bersemangat tentang hasil dapat menghambat keberanian anak untuk mengambil risiko. Sebaliknya, ajarkan anak untuk melihat nilai dalam proses belajar, terlepas dari hasil akhirnya. Ini akan membantu mereka merasa nyaman mencoba hal-hal baru dan berkembang, meskipun hasilnya tidak selalu sesuai harapan.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, orang tua dapat membantu anak mereka menjadi pribadi yang lebih tangguh dan siap menghadapi berbagai tantangan sosial di sekolah. Ketahanan mental yang kuat akan membantu anak mengatasi kesulitan dengan lebih baik, serta menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi segala situasi.