Magelang, tiradar.id – Banyak warga Indonesia yang menyambut kehadiran biksu Thudong, kerumunan warga bahkan terus menyesaki hingga memasuki Kota Magelang, Jawa Tengah untuk melihat dan bertemu langsung dengan para biksu yang melakukan ritual berjalan kaki hingga menempuh ribuan kilometer.
Masyarakat di Magelang bahkan sangat antusias menyambut kedatangan para biksu tersebut. Masyarakat telah berjejer di pinggir kanan dan kiri jalan mulai dari Batas Kota Magelang hingga Kelenteng Liong Hok Bio yang berada di sebelah selatan alun-alun Kota Magelang.
Kelenteng Liong Hok Bio adalah tempat bagi 32 biksu untuk beristirahat dan menginap setelah melakukan perjalanan dari Ambarawa, Kabupaten Semarang, menuju Magelang.
Beberapa puluh biksu mengenakan jubah berwarna cokelat terlihat berjalan di belakang pengiring atau pendamping mereka, beberapa di antaranya membawa Bendera Merah Putih.
Pengiring tersebut bukan hanya aparat keamanan dari kepolisian dan TNI, tetapi juga dari beberapa organisasi kemasyarakatan (ormas) setempat.
Sambutan hangat dan spontan warga kepada biksu-biksu yang telah melakukan perjalanan jauh tersebut menunjukkan sikap asli masyarakat Indonesia terhadap sesama.
Ketua Thudong Internasional, Welly Widadi, menjelaskan bahwa ritual berjalan ini sudah dilakukan sejak Sang Buddha Gautama. Pada zaman dulu, Sang Buddha Gautama berjalan kaki dari satu daerah ke daerah lain, dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain untuk menyampaikan ajarannya.
Thudong yang dilakukan oleh 32 biksu ini mengikuti ajaran Sang Buddha, mereka berjalan kaki dari Thailand menuju Malaysia, Singapura, dan Indonesia dengan tujuan mencapai Candi Borobudur untuk melaksanakan perayaan Tri Suci Waisak pada tahun 2567 BE/2023.
Biksu-biksu ini dari Thailand berjalan kaki menuju Malaysia-Singapura, kemudian menuju Batam menggunakan kapal feri, dan dari Batam mereka naik pesawat terbang menuju Ibu Kota Negara RI, Jakarta.
Dari Jakarta, mereka dilepas dari kantor Kementerian Agama dan melanjutkan perjalanan ke Magelang dengan berjalan kaki melewati beberapa provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Ritual Biksu Thudong berakhir di Candi Borobudur untuk mengikuti perayaan Tri Suci Waisak pada tanggal 4 Juni 2023.
Perjalanan dari Thailand ke Magelang mencakup jarak sekitar 2.600 kilometer dan memakan waktu sekitar 3 bulan.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, ketika hadir dalam bakti sosial kesehatan dalam rangkaian perayaan Waisak selama perjalanan dari Semarang, sempat melihat rombongan biksu tersebut beristirahat di salah satu mushala.
“Saya bangga, terharu, banyak orang di pinggir jalan, ternyata mereka menunggu biksu yang berjalan. Mereka berjalan dan alhamdulillah sambutan masyarakat luar biasa. Tadi diiringi ormas, TNI, Polri, disediakan makanan. Dan, pemandangan yang menarik (ketika) mereka istirahat di mushala,” ujarnya seperti dikutip dari laman Antaranews, Rabu (31/5/2023).
Kejadian tersebut menggambarkan betapa indahnya hubungan antaragama dan antarmanusia.
Ita Sri Utami (41), seorang warga Getasan, Kabupaten Semarang, yang tidak bisa menyambut biksu thudong di Ambarawa, berusaha hadir di Kota Magelang bersama keluarganya dan membawa beberapa botol minuman untuk diberikan kepada biksu.
“Ita menjelaskan bahwa mereka meluangkan waktu untuk menyambut kedatangan biksu karena tidak bisa ikut di Ambarawa sebelumnya. Bagi mereka, ini merupakan berkah dan karma baik, kesempatan bertemu biksu thudong seperti ini tidak akan terjadi setiap saat dalam hidup mereka,” ujarnya.
Ketika biksu-biksu beristirahat di kompleks Kelenteng Liong Hok Bio, puluhan terapis dari Perkumpulan Penyehat Tradisional Indonesia (PPTI) siap memberikan terapi dengan senang hati kepada para biksu yang telah melakukan perjalanan jauh.
Anggota PPTI tidak hanya berasal dari Kota Magelang, tetapi juga dari luar kota seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang. Mereka bergabung dalam kegiatan bakti sosial ini.
“Kegiatan kami membantu menerapi para biksu maupun pendamping yang telah melakukan perjalanan jauh. Dalam pemijatan, kami menggunakan alkohol dan minyak zaitun” kata Koordinator PPTI Hendri Kauman.
Peserta thudong Biksu Kantadhammo merasa sangat terkesan dengan sambutan yang luar biasa yang diberikan oleh warga di Kota Magelang ini.
“Ternyata sambutan di Kota Magelang juga antusias, sungguh luar biasa,” katanya.
Ia mengaku dalam perjalanan dari Thailand, Malaysia, dan Singapura bisa melakukan meditasi. Akan tetapi setelah sampai di Indonesia, sedikit sekali waktu untuk meditasi karena harus banyak menyapa masyarakat.
“Saling bertegur sapa, selain meditasi. Ini bagian kami dari para biksu untuk berbagi kasih. Ini tidak mengganggu meditasi, justru menandakan adanya toleransi,” katanya.
Perjalanan para biksu dari Thailand ke Candi Borobudur dengan berjalan kaki merupakan kali pertama mereka melakukannya. Mereka sering melakukan perjalanan toleransi di setiap negara, namun belum pernah melakukannya di Indonesia.
Sebagai biksu yang membawa misi cinta kasih, mereka berharap toleransi di Indonesia terus dipertahankan. Masyarakat Indonesia terkenal dengan keramahannya, senyum yang murah, dan kehidupan yang rukun.
Menurut mereka, pengalaman di negara-negara lain hampir serupa, tetapi pengalaman di Indonesia luar biasa karena adanya saling menyapa dan toleransi yang luar biasa.
Keramahtamahan masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa tidak ada masalah terkait dengan etnis, agama, atau latar belakang lainnya.
Sambutan hangat dari masyarakat menjadi cermin dari realitas sosial yang menunjukkan betapa toleransi sebenarnya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
Setelah menginap di Kelenteng Liong Hok Bio, rombongan biksu akan melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur, yang dimulai dengan ritual pindapata di Jalan Pemuda Kota Magelang. (*)
Berita ini sudah dimuat di ANTARANews.com dengan judul Cermin toleransi kala menyambut kehadiran biksu thudong