Jakarta, tiradar.id – China telah memperkenalkan peraturan baru yang menetapkan penggunaan chip dan perangkat lunak buatan lokal pada komputer dan server milik pemerintah sebagai langkah untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi impor, khususnya dari Amerika Serikat (AS).
Pedoman baru ini, yang dilaporkan oleh Financial Times pada Senin, tidak hanya mengarah pada penggantian chip dari perusahaan AS seperti Intel dan AMD, tetapi juga bertujuan untuk beralih dari sistem operasi Windows dari Microsoft dan perangkat lunak database asing ke teknologi dalam negeri.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya China dalam memprioritaskan produk domestik untuk menggantikan teknologi asing, terutama di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan AS. AS telah memberlakukan sanksi terhadap sejumlah produk teknologi China dengan alasan keamanan nasional, sekaligus mendorong produksi lebih banyak teknologi di dalam negeri serta menutup ekspor chip dan teknologi lain ke China.
Penerapan aturan pengadaan ini dimulai tahun ini di instansi pemerintah di seluruh negeri, dimana lembaga pemerintah di tingkat kota diwajibkan untuk mematuhi kriteria yang ditetapkan terkait prosesor dan sistem operasi yang dianggap “aman dan andal” dalam melakukan pengadaan.
Tidak kurang dari 18 prosesor dan sistem operasi yang telah disetujui oleh pemerintah China, sebagian besar berasal dari perusahaan seperti Huawei dan Phytium yang didukung oleh pemerintah, walaupun keduanya terdaftar dalam daftar hitam ekspor AS.
Kebijakan ini diyakini merupakan bagian dari strategi nasional China untuk mencapai kemandirian teknologi di sektor militer, pemerintahan, dan industri yang dikenal sebagai “xinchuang” atau inovasi aplikasi teknologi informasi.
Peralihan yang dilakukan China dari teknologi asing berpotensi menimbulkan dampak bagi perusahaan AS di China, terutama produsen chip seperti Intel dan AMD. China, pada tahun lalu, telah menyumbang sekitar 27 persen dari total penjualan Intel secara global dan 15 persen dari total penjualan AMD.
Meskipun kontribusi China terhadap pendapatan Microsoft tidak sebesar itu, namun Presiden Microsoft, Brad Smith, telah menjelaskan kepada Kongres AS bahwa China masih menyumbang sekitar 1,5 persen dari total pendapatan perusahaan mereka.
Dengan langkah ini, China semakin menegaskan determinasinya dalam membangun kemandirian teknologi, sambil menghadapi tantangan dan risiko yang terkait dengan perubahan signifikan dalam infrastruktur teknologi informasi negara tersebut.