Subang, tiradar.id – Tradisi atau kebiasaan para pemuka bangsa Arab dahulu adalah mencarikan ibu susuan dari pedesaan bagi anak-anak mereka. Tujuannya agar badan anak-anak mereka lebih sehat dan kuat.
Karena memandang pengasuh atau ibu susuan yang berada di daerah perkotaan memiliki fisik yang lemah. Disamping itu, agar anak-anak mereka memiliki kemampuan berbahasa yang baik.
Oleh karenanya mereka mengirimkan bayi-bayi mereka ke pedesaan sampai usia delapan, kadang sepuluh tahun. Sebaliknya, orang-orang pedesaan itu sengaja pergi ke kota mencari bayi para pemuka Arab untuk disusui, dengan harapan agar namanya ikut terangkat.
Halimah binti Abu Dzuaib adalah wanita yang ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyusui Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dia berasal dari kabilah Sa’diyah.
Sa’diyah adalah salah satu kabilah yang terkenal dengan wanita-wanita tukang menyusui, serta terkenal memiliki kemampuan berbahasa yang baik.
Oleh karenanya, ketika Abu Bakar Radhiyallahu anhu mengomentari bahasa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang fasih, ia berkata;
مَارَأَيْتُ مَنْ هُوَ أَفْصَحُ مِنْكَ يَارَسُوْلَ الله
“Aku tidak pernah melihat orang yang lebih fasih bahasanya dibandingkan engkau wahai Rasulullah”,
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjawab;
مَا يَمْنَعُنْي وَأَنَا مِنْ قُرَيْشٍ وَأُرْضِعْتُ فِي بَنِي سَعْدٍ
“Kenapa tidak?. Aku dari suku Quraisy, dan aku disusui di Bani Sa’d”. (Siratun Nabawiyatu fi Dhauil Kitab was Sunnati, hlm. 192)
Selama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam disusui oleh Halimah As Sa’diyah, banyak kisah-kisah keajaiban yang masyhur dibawakan oleh para ahli sejarah.
Namun, kisah tentang Halimah yang panjang, mulai dari proses pencarian bayi susuan sampai barakah-barakah yang muncul di kemudian hari, menurut para ulama ahli hadits, kisah-kisah tersebut dinilai tidak shahih karena sebab sanadnya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tinggal bersama mereka selama empat tahun, sampai terjadi sebuah peristiwa yang membuat ibu asuhnya Halimah as Sa’diyah merasa cemas dan menghawatirkan anak asuhnya.
Peristiwa pembelahan dada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang dilakukan oleh Malaikat membuat ibu asuhnya cemas, sehingga ia segera mengembalikan kepengasuhan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam kepada ibunda Aminah.(*)