Jakarta, tiradar.id – Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI) menyoroti fenomena konsumsi buah kecubung yang semakin marak di kalangan masyarakat, terutama di antara anak muda dan remaja.
Menurut Ketua PDPOTJI, Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si, ada beberapa alasan yang mendorong seseorang untuk mencoba buah kecubung, termasuk rasa ingin tahu dan kondisi emosi atau mental yang tidak stabil.
Inggrid menjelaskan bahwa orang yang mengonsumsi buah kecubung seringkali berada dalam kondisi emosi atau mental yang tidak stabil. Mereka mungkin mencari pelarian dari rasa depresi atau stres yang mereka alami. Kondisi ini mirip dengan rasa ingin tahu yang mendorong seseorang untuk mencoba rokok, obat keras, atau narkoba.
Pada kasus kecanduan, pengguna buah kecubung sering menyalahgunakan tanaman ini dengan mencampurkannya dengan obat keras seperti Zenith yang mengandung zat Carnophen. Carnophen adalah obat psikoaktif yang bersifat adiktif dan telah dilarang peredarannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena sifatnya yang berbahaya. Namun, Zenith masih ditemukan beredar di masyarakat dengan harga yang murah, sering kali dicampur dengan buah kecubung.
Konsumsi buah kecubung dapat menyebabkan efek samping yang serius seperti halusinasi, peningkatan gairah seksual secara tiba-tiba, gangguan denyut jantung, hingga kematian. Durasi dan tingkat keparahan efek samping ini bervariasi pada setiap orang. Dr. Inggrid menegaskan bahwa tidak ada pengobatan yang bisa dilakukan oleh masyarakat selain membawa pasien mabuk kecubung ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat.
Kandungan Berbahaya dalam Buah Kecubung
Direktur Reserse Narkoba Polda Kalimantan Selatan, Kombes Pol Kelana Jaya, mengungkapkan hasil uji Laboratorium Forensik Mabes Polri Cabang Surabaya yang menunjukkan bahwa buah kecubung positif mengandung atropin dan skopolamin. Kedua zat ini merupakan alkaloid yang bekerja pada sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, efek anestesi, serta halusinasi yang bisa bertahan hingga dua hari.
Kabid Dokkes Polda Kalsel, Kombes Pol dr. Muhammad El Yandiko, menambahkan bahwa kandungan atropin dan skopolamin pada buah kecubung berbahaya bagi kesehatan. Kandungan ini paling tinggi terdapat pada buah dan akar kecubung (0,4 sampai 0,9 persen), diikuti oleh daun dan bunga (0,2 sampai 0,3 persen). Penggunaan buah kecubung dapat menyebabkan pengguna kesulitan membedakan antara realita dan delusi yang dialami, serta meningkatkan risiko ketergantungan dan keracunan jika dikonsumsi berulang kali.
Penting bagi masyarakat untuk menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh konsumsi buah kecubung. Kondisi emosi atau mental yang tidak stabil bukanlah alasan untuk mencoba hal-hal berbahaya yang dapat merusak kesehatan. Pencegahan dan edukasi mengenai bahaya kecubung perlu ditingkatkan, terutama di kalangan remaja dan anak muda, agar mereka tidak terjebak dalam lingkaran coba-coba yang berujung pada kecanduan dan kerusakan kesehatan.
Sumber: ANTARA