Jakart, tiradar.id – Polusi udara telah menjadi perhatian utama dalam kaitannya dengan risiko kesehatan, khususnya terkait dengan penyakit kardiovaskular.
Para peneliti dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard T.H. Chan mengungkapkan hasil studi mereka yang menunjukkan bahwa paparan berkepanjangan terhadap polutan udara partikulat halus (PM2.5) dapat meningkatkan risiko hospitalisasi akibat penyakit kardiovaskular, terutama pada orang dewasa atau tua.
Studi yang dilakukan di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa ketika paparan kronis terhadap PM2.5 berada antara 7 dan 8 mikrogram per meter kubik (μg/m3) pada tingkat rata-rata nasional, risiko rata-rata hospitalisasi akibat penyakit kardiovaskular pada orang tua mencapai 3,04 persen setiap tahunnya.
Dikutip dari Medical Daily, penurunan tingkat rata-rata tahunan PM2.5 dari 7-8 μg/m3 menjadi di bawah 5 μg/m3 dapat mengurangi hospitalisasi kardiovaskular secara keseluruhan sebesar 15 persen.
Rilis temuan studi ini bersamaan dengan pembaruan terbaru oleh Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) tentang Standar Kualitas Udara Ambien Nasional. Standar yang direvisi bertujuan untuk menurunkan tingkat rata-rata PM2.5 tahunan yang diperbolehkan di negara tersebut dari 12 μg/m3 menjadi 9 μg/m3.
Penulis utama studi, Yaguang Wei, menekankan pentingnya temuan ini dalam mengukur manfaat dari penerapan kebijakan kontrol polusi udara yang lebih ketat. Studi ini melibatkan analisis terhadap catatan rumah sakit dan tingkat paparan PM2.5 dari hampir 60 juta penerima Medicare antara tahun 2000 dan 2016, yang semuanya berusia di atas 65 tahun.
Para peneliti mengembangkan peta prediktif tingkat PM2.5 di seluruh negara dari berbagai sumber data polusi udara dan menghubungkannya dengan kode ZIP tempat tinggal penerima.
Hasilnya menunjukkan bahwa paparan rata-rata tiga tahun terhadap PM2.5 berkaitan dengan peningkatan risiko masuk rumah sakit pertama kali untuk beberapa jenis penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular, gagal jantung, dan aritmia.
Temuan ini menegaskan bahwa tidak ada ambang batas aman yang ditetapkan untuk paparan kronis terhadap PM2.5.
Risiko kesehatan tetap signifikan setidaknya selama tiga tahun setelah paparan kronis, dengan dampak yang tidak proporsional pada individu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah dan akses terbatas ke perawatan kesehatan.
Sumber: ANTARANews