Jakarta, tiradar.id – Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian lebih dalam masyarakat, terutama di kalangan perempuan. Meskipun angka kejadian kanker payudara semakin meningkat, masih banyak perempuan yang ragu atau enggan untuk melakukan pemeriksaan payudara secara rutin. Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lenny N. Rosalin, mengajak seluruh perempuan untuk tidak ragu memeriksakan benjolan payudara ke dokter, karena bisa jadi itu merupakan tumor jinak atau mengarah ke kanker.
Kanker payudara bukanlah masalah sepele. Data menunjukkan bahwa kanker payudara merupakan jenis kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia, terutama pada perempuan. Statistik mencatat bahwa angka kejadian kanker payudara pada perempuan mencapai 42,1 per 100.000 penduduk, dan angka ini terus meningkat setiap tahunnya. Penyebab utama dari meningkatnya angka kanker payudara adalah kurangnya kesadaran dan ketakutan dalam memeriksakan diri secara berkala.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau Self Awareness for Detecting Abnormalities and Reporting Immediately (SADARI). SADARI adalah metode sederhana yang dapat dilakukan oleh perempuan di rumah. Lenny N. Rosalin mendorong perempuan untuk melakukan SADARI, misalnya di kamar mandi sambil bernyanyi-nyanyi. Langkah ini dapat membantu perempuan mengenali perubahan-perubahan pada payudara mereka, termasuk adanya benjolan. Jika ada benjolan atau perubahan lain yang ditemukan, segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis lebih lanjut.
Merujuk pada data dari Globocan tahun 2020, terdapat lebih dari 68.858 kasus baru kanker payudara di Indonesia. Namun, angka tersebut dapat diminimalisir sebanyak 43 persen jika masyarakat rutin melakukan deteksi dini dan mencegah penyebab kanker payudara. Bukan hanya memeriksakan diri sendiri, melibatkan tokoh-tokoh publik yang muda juga dapat menjadi sarana efektif untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya deteksi dini kanker payudara.
Dr. Walta Gautama Said Tehuwayo, seorang pakar bedah onkologi, merekomendasikan agar perempuan melakukan SADARI pada tiga atau empat hari setelah haid berakhir. Ini adalah waktu yang ideal untuk memeriksa perubahan-perubahan pada payudara, karena pada masa ini payudara cenderung lebih lunak dan mudah diinspeksi. Namun, tidak ada batasan waktu khusus untuk melakukan SADARI; yang terpenting adalah konsistensi dalam melakukannya.
Selain itu, perempuan juga diimbau untuk tidak menunda-nunda pemeriksaan jika menemukan benjolan atau perubahan pada payudara. Setiap tindakan yang diambil dengan cepat akan memberikan peluang yang lebih baik untuk mendapatkan penanganan optimal, sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan.
Perempuan memiliki peran penting dalam masyarakat, baik sebagai individu, istri, maupun ibu. Pemberdayaan perempuan dalam hal kesehatan menjadi langkah penting dalam melawan kanker payudara dan menuju kesuksesan pemulihan. Dengan meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan tindakan pencegahan, kita dapat bersama-sama mengurangi angka kejadian kanker payudara dan memberikan masa depan yang lebih sehat bagi perempuan Indonesia.
Sumber: ANTARA