Jakarta, tiradar.id – Kesehatan reproduksi wanita adalah aspek penting dalam menjaga kesejahteraan dan kualitas hidup. Salah satu indikator penting dalam kesehatan reproduksi adalah siklus menstruasi atau pola haid yang teratur.
Namun, berdasarkan penjelasan dari dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Riyan Hari Kurniawan, Sp.OG, Subsp. FER, obesitas berat badan dapat menjadi salah satu penyebab utama gangguan hormonal yang mengakibatkan pola haid menjadi tidak teratur.
Pola haid yang tidak teratur atau tidak normal dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan dan kualitas hidup perempuan. Dalam diskusi kesehatan yang diadakan secara daring di Jakarta, dr. Riyan Hari Kurniawan menjelaskan bahwa masalah kelebihan berat badan atau obesitas seringkali berkontribusi pada gangguan hormonal yang memengaruhi siklus menstruasi.
Dalam upaya menentukan penyebab pola haid yang tidak teratur, dokter kandungan umumnya akan melakukan pemeriksaan menggunakan ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG ini, dokter dapat melihat apakah ada perubahan atau kelainan seperti miom atau penebalan di rahim.
Tindakan medis selanjutnya akan disesuaikan dengan temuan pada pemeriksaan tersebut, seperti penipisan dinding rahim atau pengobatan untuk mengatasi miom.
Namun, jika hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya kelainan fisik, maka gangguan hormonal yang seringkali disebabkan oleh kelebihan berat badan dapat menjadi penyebab pola haid yang tidak teratur. Dalam hal ini, perbaikan pola makan dan gaya hidup menjadi fokus perawatan.
Pendekatan ini mencakup pengurangan asupan karbohidrat dan garam yang tinggi, serta peningkatan konsumsi makanan tinggi serat. Dalam contoh yang diberikan, dr. Riyan Hari Kurniawan mengingatkan betapa pentingnya menjalani pola makan seimbang yang mencakup makanan tinggi serat dan protein, sementara menghindari makanan tinggi karbohidrat kompleks, lemak jenuh, dan garam berlebihan. Peningkatan aktivitas fisik juga menjadi komponen penting dalam upaya perbaikan hormon dan siklus haid yang sehat.
Dalam pembahasan mengenai pola haid yang normal, dokter Riyan menyebutkan bahwa siklus menstruasi yang teratur biasanya berkisar antara 24 hingga 38 hari, dengan durasi haid maksimal 8 hari dalam satu bulan.
Volume darah haid yang normal dapat diukur berdasarkan frekuensi pergantian pembalut. Jika perempuan mengganti pembalut lebih sering dalam sehari atau mengalami periode haid yang berlangsung lebih dari 2 minggu, ini sudah termasuk dalam gangguan pola haid yang tidak normal.
Selain obesitas, pada perempuan yang telah melahirkan, pola haid juga dapat mengalami perubahan dan belum sepenuhnya kembali normal dalam beberapa bulan.
Menyusui dapat memengaruhi siklus menstruasi, dan jika frekuensi menyusui cukup tinggi, menstruasi mungkin tidak terjadi selama beberapa bulan. Namun, setelah menyusui, siklus menstruasi seharusnya kembali normal. Jika tidak, perempuan disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk mencari tahu penyebab pastinya.
Ketika perempuan merasa bahwa pola haid mereka terganggu, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan sebelum mencoba mengonsumsi obat-obatan atau minuman pelancar haid.
Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh dan memberikan saran mengenai perubahan pola hidup, nutrisi, dan pengobatan yang sesuai untuk mengembalikan pola haid yang sehat dan normal.
Kesadaran akan pentingnya kesehatan reproduksi dan pola hidup sehat adalah langkah awal yang penting dalam menjaga kualitas hidup dan kesejahteraan perempuan.