Jakarta, tiradar.id – Vendor smartphone asal China, Xiaomi, dilaporkan akan segera memproduksi chipset mobile sendiri, sebuah langkah yang menunjukkan ambisi perusahaan untuk mengurangi ketergantungan pada Qualcomm dan MediaTek.
Langkah ini mirip dengan strategi yang diadopsi Google, yang sejak beberapa waktu lalu memproduksi chip Tensor untuk perangkat Pixel-nya. Xiaomi sendiri selama ini menggunakan chip dari dua perusahaan semikonduktor besar tersebut di berbagai model smartphone-nya.
Menurut informasi yang dilansir oleh Bloomberg, proses produksi chip buatan Xiaomi dijadwalkan akan dimulai pada tahun 2025, dengan peluncuran smartphone pertama yang menggunakan chipset tersebut kemungkinan terjadi pada tahun depan.
Produksi chip ini tidak hanya akan membuat Xiaomi lebih mandiri, tetapi juga diharapkan dapat mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik yang sedang dikerjakan oleh perusahaan. Dengan chip buatan sendiri, Xiaomi akan lebih mudah mengintegrasikan berbagai perangkat dalam ekosistemnya.
Pada tahun 2024, Xiaomi diketahui telah menginvestasikan 30 miliar yuan (sekitar Rp 65 triliun) untuk riset dan pengembangan, dengan fokus pada teknologi inti seperti kecerdasan buatan (AI), pengembangan sistem operasi, dan pengembangan chipset.
Hal ini menjadi landasan kuat bagi Xiaomi untuk merealisasikan impian mereka dalam menciptakan chip mobile yang efisien dan dapat bersaing dengan produk-produk dari Qualcomm dan MediaTek.
Spekulasi yang beredar di kalangan sumber industri menyebutkan bahwa chip yang dikembangkan oleh Xiaomi ini akan menggunakan fabrikasi 5 nanometer (nm) atau bahkan 3 nm, yang saat ini banyak digunakan oleh perusahaan semikonduktor di China, SMIC (Semiconductor Manufacturing International Corporation). Diharapkan, chip ini akan menawarkan efisiensi daya yang lebih baik serta kemampuan AI yang lebih mumpuni, seiring dengan tren yang berkembang di industri smartphone.
Sebelumnya, pada tahun 2021, Xiaomi sempat meluncurkan chip pertama mereka yang bernama Surge S1, yang digunakan pada smartphone Mi 5C. Meski pengembangan chip tersebut tidak dilanjutkan, pengalaman tersebut memberi Xiaomi dasar untuk mengembangkan chipset baru yang lebih canggih dan berdaya saing tinggi.
Sebagai bagian dari upayanya dalam memperkuat kapasitas penelitian dan pengembangan, Xiaomi juga dilaporkan sedang membangun tim teknisi semikonduktor yang khusus menangani pembuatan chip baru mereka. Dengan langkah ini, Xiaomi tampaknya siap untuk menjadi lebih mandiri dalam hal pasokan komponen kritis untuk perangkat mereka.
Jika rencana ini terbukti benar, maka pengembangan chip buatan Xiaomi bisa menjadi tonggak penting dalam sejarah perusahaan, sekaligus mengubah dinamika pasar smartphone dan semikonduktor di masa depan. Kita tunggu saja bagaimana perkembangan selanjutnya.