Ragam  

Waspada! Risiko Tinggi DBD pada Serangan Kedua Lebih Berbahaya

Jakata, tiradar.id – Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi momok yang menakutkan bagi banyak orang, terutama di daerah tropis di mana nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus penyebab DBD, sering kali berkembang biak.

Namun, sebuah peringatan baru dari dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Soroy Lardo, Sp.PD, K.PTI, FINASIM, mengungkapkan bahwa risiko bagi seseorang yang terkena DBD untuk kedua kalinya jauh lebih berat dibandingkan dengan serangan pertama.

Menurut Dr. Soroy, yang berbicara dalam taklimat media yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), serangan DBD sekunder, yaitu yang terjadi setelah serangan pertama, cenderung lebih parah. Ini disebabkan oleh kompleksitas antibodi yang terbentuk setelah infeksi pertama.

Baca Juga:  Jelang Olimpiade Paris, Tim Bulu Tangkis Indonesia Berlatih Perdana di Prancis

Antibodi ini, yang dihasilkan oleh tubuh untuk melawan virus DBD, dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dalam tubuh pada serangan berikutnya.

DBD, yang disebabkan oleh virus dengue, dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, yang bisa berujung pada kebocoran pembuluh darah dan masalah seperti trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), syok, dan pendarahan.

Dr. Soroy menegaskan bahwa pemantauan harian sangat penting dalam penanganan DBD. Ketika jumlah trombosit turun di bawah 100.000 mikroliter, perawatan medis harus segera diberikan.

Gejala klinis yang sering dialami oleh penderita DBD termasuk demam, nyeri di belakang mata, nyeri sendi, mual, muntah, dan ruam merah pada kulit.

Baca Juga:  Memahami Jaringan Otot Jantung dan Cara Menjaganya Agar Tetap Sehat

“Dalam memahami perjalanan klinis DBD, kita mengenal tahap-tahap seperti fase demam selama satu sampai tiga hari, fase kritis selama tiga sampai enam hari, dan fase pemulihan selama enam sampai sepuluh hari,” jelas Dr. Soroy.

Penanganan yang tepat pada fase kritis sangat penting untuk mencegah komplikasi serius. Pada fase pemulihan, istirahat yang cukup dianjurkan selama lima hari karena virus masih bisa bertahan dalam tubuh. Bahkan setelah itu, penderita DBD mungkin masih merasa lemah selama tiga minggu.

Penting untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko DBD, terutama pada mereka yang pernah mengalami serangan sebelumnya. Langkah-langkah pencegahan, termasuk pemberantasan sarang nyamuk dan pemantauan kesehatan yang cermat, dapat membantu mengurangi dampak penyakit yang mematikan ini.

Baca Juga:  Waspada! Ada Dampak Buruk Jika Berbaring Setelah Makan

Dengan informasi yang tepat dan tindakan yang tepat waktu, kita dapat meminimalkan risiko dan dampak dari DBD bagi masyarakat.

Sumber: ANTARANews